TEMPO.CO, Jakarta - Misi perdamaian Afrika yang dipimpin oleh Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa gagal meyakinkan kedua belah pihak dalam konflik Rusia Ukraina. Mereka pulang dengan tangan kosong.
Pada pembicaraan di St Petersburg, Sabtu, Ramaphosa memberikan Putin 10 poin inisiatif damai dari tujuh negara Afrika dan mengatakan padanya bahwa waktunya telah tiba untuk Rusia dan Ukraina memulai negosiasi untuk mengakhiri perang.
Putin menanggapi dengan melontarkan serangkaian tuduhan yang dibantah oleh Ukraina dan Barat dan mengatakan Kyiv, bukan Moskow, yang menolak untuk berbicara. Dia berterima kasih kepada Ramaphosa atas "misi mulianya".
Kantor berita Rusia mengutip juru bicara Kremlin Dmitry Peskov yang mengatakan Putin telah menunjukkan minat pada rencana tersebut tetapi akan "sulit untuk diwujudkan".
Di Kyiv pada hari sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengatakan kepada delegasi Afrika - yang pertama sejak dimulainya perang untuk mengadakan pembicaraan tatap muka terpisah dengan kedua pemimpin mengenai inisiatif perdamaian mereka - bahwa mengizinkan negosiasi sekarang hanya akan "membekukan perang" dan penderitaan rakyat Ukraina.
Jurang besar antara kedua belah pihak semakin digarisbawahi ketika Putin menggunakan forum ekonomi utama, Jumat, untuk mencela Zelensky secara pribadi dan untuk menyatakan kembali tujuan "demiliterisasi" dan "denazifikasi" Ukraina yang ia tetapkan pada hari pertama perang, dan yang ditolak Kyiv dan Barat sebagai dalih palsu untuk invasi.
Namun, Ramaphosa berusaha untuk menyampaikan perjalanan ke Ukraina dan Rusia secara positif, mencuit, pada Minggu, 18 Juni 2023, bahwa "Inisiatif Perdamaian Afrika telah berdampak dan keberhasilan akhirnya akan diukur pada tujuan, yaitu menghentikan perang".
Dia mengatakan orang Afrika akan terus berbicara dengan Putin dan Zelensky dan akan memberi tahu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres tentang upaya mereka sejauh ini.
Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry, mengatakan pada Minggu bahwa mereka tidak mengharapkan hasil segera. "Tapi ini adalah awal yang kami harap akan berbuah pada akhirnya."
REUTERS
Pilihan Editor: Hampir 300 Warga Pakistan Diduga Tewas dalam Kecelakaan Kapal Migran di Yunani