TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan berharap ada peningkatan keamanan maritim di kawasan Teluk sebagai bagian dari pemulihan hubungan dengan rival lamanya, Iran. Keinginan itu diutarakan setelah pembicaraan dengan timpalannya dari Iran Hossein Amirabdollahian di Teheran pada Sabtu, 17 Juni 2023.
Dalam pertemuan itu, Pangeran Faisal menyoroti peran kedua negara di tingkat regional saat ini yang semakin penting. Pangeran Faisal juga menilai pentingnya kerja sama di antara semua negara kawasan untuk memastikan Iran bebas dari kecurigaan adanya senjata pemusnah massal.
Iran dan Arab Saudi sepakat pada Maret 2023 lalu untuk mengakhiri keretakan diplomatik dan membangun kembali hubungan setelah bertahun-tahun permusuhan yang telah membahayakan stabilitas regional termasuk di Teluk, Yaman, Suriah dan Lebanon. Pemulihan itu dimediasi oleh Cina.
Setelah pertemuan dengan Amirabdollahian, Pangeran Faisal juga mengatakan Raja Arab Saudi dan Putra Mahkota menantikan (kedatangan) Presiden Iran Ebrahim Raisi untuk mengunjungi Kerajaan Arab Saudi.
Sedangkan Amirabdollahian mengatakan pada acara jumpa media yang disiarkan televisi kalau keamanan sangat penting bagi negara-negara kawasan. Iran tidak pernah menyamakan keamanan dengan militerisme tetapi melihatnya sebagai konsep yang luas termasuk aspek politik, budaya, sosial, ekonomi dan perdagangan.
Kerajaan Arab Saudi memutuskan hubungan dengan Iran pada 2016 setelah pengunjuk rasa menyerang kantor Kedutaan Arab Saudi di Teheran sebagai bentuk pembalasan atas eksekusi Riyadh terhadap seorang ulama Syiah terkemuka.
Lalu lintas kapal tanker melalui Selat Hormuz di muara Teluk - yang dilalui seperlima dari minyak dunia - telah menjadi fokus kebuntuan antara Iran dan Amerika Serikat. Washington telah meningkatkan kehadiran militernya di wilayah tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Iran baru-baru ini berusaha memperbaiki hubungannya yang tegang dengan beberapa negara Teluk Arab. Pemulihan hubungan Arab Saudi dengan Iran telah membuat Israel sendirian karena berusaha untuk mengisolasi Iran secara diplomatis.
Uni Emirat Arab, yang merupakan negara Teluk Arab pertama yang menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel pada 2020, melanjutkan hubungan formal dengan Iran tahun lalu. Sementara Bahrain dan Maroko kemudian bergabung dengan UEA dalam menjalin hubungan dengan Israel.
REUTERS
Pilihan Editor: Ini Pesan SBY ke AHY Sebelum Jumpa Puan Maharani
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.