TEMPO.CO, Jakarta - Recep Tayyip Erdogan kembali menduduki jabatan sebagai presiden Turki setelah 20 tahun berkuasa. Pada pemilu Turki putaran kedua, 28 Mei 2023, ia unggul atas saingannya Kemal Kilicdaroglu.
Erdogan memulai karirnya sebagai perdana menteri sebelum akhirnya menjadi presiden. Erdogan saati ini telah memperpanjang dua dekade kekuasaannya dengan memenangkan mandat untuk ketiga kalinya
Walau suara sempat bersaing ketat pada putaran pertama, Erdogan akhirnya dinyatakan menang melawan Kemal Kilicdaroglu pada putaran kedua. Kemenangan Erdogan dalam Pemilu Turki 2023 lantas menjadi perhatian khusus bagi dunia internasional untuk melihat keberlanjutan negara tersebut di tangan pemimpin “otoriter”.
Pasalnya, dari seorang reformis yang memperluas hak dan kebebasan, Erdogan justru berbalik arah. Ia dianggap telah menindak mereka yang berbeda pendapat, mencekik media, dan mengikis demokrasi. Pemilu Turki 2023 sesungguhnya juga menjadi tantangan berat Erdogan karena diadakan di tengah gejolak inflasi tinggi dan hanya tiga bulan setelah gempa dahsyat.
Rekam Jejak Recep Tayyip Erdogan
Berikut adalah beberapa tanggal penting selama 20 tahun lebih pemerintahan Erdogan:
27 Maret 1994: Erdogan terpilih sebagai Wali Kota Istanbul, mencalonkan diri sebagai pendukung Partai Refah pro-Islam.
12 Desember 1997: Erdogan dihukum karena “menghasut kebencian” setelah membaca puisi yang menurut pengadilan melanggar hukum sekuler. Ia dijatuhi hukuman empat bulan penjara.
14 Agustus 2001: Erdogan memisahkan diri dari Partai Refah bersama anggota lain dari sayap reformisnya, kemudian membentuk Partai Keadilan dan Pembangunan (Adalet ve Kalknma Partisi atau AKP) yang konservatif.
3 November 2002: Setahun setelah didirikan, AKP memenangkan mayoritas parlemen dalam pemilu. Namun, Erdogan belum bisa mencalonkan diri karena masa hukumannya.
9 Maret 2003: Erdogan terpilih menjadi anggota parlemen dalam pemilihan khusus setelah larangan politiknya dicabut. Ia menggantikan rekan AKP-nya sebagai perdana menteri lima hari kemudian.
3 Oktober 2005: Turki memulai pembicaraan aksesi dengan Uni Eropa.
22 Juli 2007: Erdogan memenangkan 46,6 persen suara pemilu.
20 Oktober 2008: Serangkaian persidangan pertama terhadap perwira militer dan sejumlah tokoh masyarakat lain dimulai. Para tersangka dituduh merencanakan penggulingan pemerintah yang ternyata merupakan pengadilan palsu yang dirancang untuk melenyapkan lawan-lawan Erdogan. Pengadilan tersebut kemudian disalahkan oleh jaringan ulama Fethullah Gulen di Amerika Serikat.
12 September 2010: Erdogan memenangkan referendum tentang perubahan konstitusi yang memungkinkan pemerintah untuk menunjuk hakim pengadilan tinggi, mengekang kekuasaan militer, serta memastikan presiden dipilih melalui pemungutan suara nasional, bukan oleh parlemen.
12 Juni 2011: Erdogan memenangkan pemilihan umum dengan 49,8 persen suara.
28 Mei 2013: Protes anti-pemerintah nasional meletus terkait rencana penebangan pohon di taman Istanbul. Pemerintah dituduh menggunakan kekuatan berlebihan terhadap pengunjuk rasa.
10 Agustus 2014: Erdogan memenangkan pemilihan presiden pertama Turki yang diadakan melalui pemilu langsung.
7 Juni 2015: AKP kehilangan mayoritasnya dalam pemilihan parlemen. Mereka baru mendapatkan kembali suara mayoritas setelah berbulan-bulan ketidakamanan, termasuk bom bunuh diri, pada pemilihan ulang November 2015.
15 Juli 2016: Pemerintahan Erdogan selamat dari upaya kudeta militer yang dituduhkan kepada pengikut Gulen, mantan sekutu. Pemerintah kemudian memulai penumpasan besar-besaran terhadap anggota jaringan Gulen.
16 April 2017: Pemilih dalam referendum menyetujui peralihan sistem politik negara dari demokrasi parlementer ke sistem presidensial eksekutif. Kritikus menyebutnya “one-man rule” alias kekuasaan tunggal Erdogan.
24 Juni 2018: Erdogan memenangkan pemilihan presiden dengan 52,59 persen suara, menjadi presiden pertama Turki dengan kekuasaan eksekutif.
22 Juni 2019: Sebagai pukulan telak bagi AKP, partai Erdogan kalah dalam pemilihan ulang Wali Kota Istanbul setelah memperebutkan pemilihan Maret 2019 yang juga dimenangkan oleh kandidat partai oposisi utama.
6 Februari 2023: Gempa bumi dahsyat menghancurkan sebagian Turki dan Suriah, menewaskan lebih dari 50.000 orang di Turki. Pemerintah Erdogan dikritik karena respons lamban terhadap bencana tersebut.
Mei 2023: Erdogan memimpin pemilu Turki putaran pertama (tanggal 14) dengan total 49,52 persen suara, dan memenangkannya pada putaran kedua (tanggal 28) dengan 52,18 persen suara.
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM | REUTERS | AP | CNN
Pilihan Editor: Bentrokan di Perbatasan Iran dan Afghanistan karena Sengketa Air