TEMPO.CO, Jakarta - Isu debt ceiling atau plafon utang masih menjadi topik hangat terkait dengan situasi politik di negeri Paman Sam. Pasalnya, Amerika Serikat dikabarkan mengalami permasalahan utang yang telah menggunung hingga USD 31,4 triliun hingga 2023. Jumlah tersebut mendekati ambang batas plafon utang Amerika Serikat. Akibatnya, Pemerintah AS akan mengalami kekurangan likuiditas dan berisiko ‘bangkrut’ atau gagal bayar (default).
Dikutip investopedia.com, debt ceiling merupakan jumlah maksimum uang yang dapat dipinjam Amerika Serikat (AS) secara kumulatif dengan menerbitkan obligasi. Plafon utang dibuat berdasarkan Undang-Undang Obligasi Liberty Kedua 1917 yang juga dikenal sebagai debt limit atau statutory debt limit menurut undang-undang.
Dilansir cfr.org, sejak 2001, Pemerintah Joe Biden telah mengalami defisit rata-rata hampir USD 1 triliun sejak tahun. Hal ini bermakna bahwa uang yang dihabiskan lebih banyak daripada uang yang diterima untuk pajak dan pendapatan lainnya.
Jika tingkat utang nasional pemerintah AS mencapai batas atas, maka Departemen Keuangan harus mengambil langkah-langkah luar biasa lainnya untuk membayar kewajiban dan pengeluaran pemerintah hingga batas atas dinaikkan lagi. Pemerintah AS telah berulang kali menaikan plafon utang ketika mendekati batas tersebut.
Setiap perubahan plafon utang memerlukan persetujuan maypritas oleh kedua kamar kongres.mNamun, tindakan kongres untuk menaikkan batas utang tidak meningkatkan komitmen keuangan negara, karena keputusan untuk membelanjakan uang diatur secara terpisah.
Apabila Pemerintah AS mencapai batas dan gagal membayar pembayaran bunga kepada pemegang obligasi, menyebabkan penurunan menurunkan peringkat kredit AS dan meningkatkan biaya utangnya. Selain itu, debt ceiling dapat mendorong kemungkinan ketidaktanggungjawaban fiskal.
Kegagalan Pemerintah AS tersebut juga berpotensi mengganggu kestabilan di pasar keuangan global. Melansir kelayakan kredit sekuritas treasury A. telah lama mendorong permintaan dolar AS sehingga berkontribusi pada nilai dan statusnya sebagai mata uang cadangan dunia. Di samping itu, hal tersebut juga dapat menyebabkan investor menjual obligasi treasury AS dan berpotensi melemahkan dolar.
Pilihan Editor: Kemenkeu Sebut Belum Lihat Dampak Debt Ceiling AS di Pasar Keuangan Global
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.