TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan AS berdiri di belakang penghalang kawat berduri ketika para pengunjuk rasa berkumpul di luar balai kota di Kosovo utara yang terpecah secara etnis, di mana kerusuhan berhari-hari telah mendorong NATO untuk mengirim pasukan tambahan untuk mencegah kekerasan.
Menyusul bentrokan pada Senin di Zvecan, kota lain di utara, di mana 30 tentara dan 52 pengunjuk rasa terluka, NATO mengatakan akan mengirim 700 tentara lagi ke Kosovo untuk meningkatkan misinya yang berkekuatan 4.000 orang. Tidak jelas kapan tentara bantuan itu akan tiba.
Tentara Polandia berjaga-jaga di balai kota di Zvecan, Rabu, 31 Mei 2023, ketika para demonstran di sisi lain pagar mengibarkan bendera Serbia yang besar untuk bertepuk tangan dan bersiul.
Kerusuhan regional telah meningkat setelah pemilihan April yang diboikot oleh Serbia, mempersempit jumlah pemilih menjadi 3,5% dan memberikan kemenangan di empat kota berpenduduk mayoritas etnis Serbia untuk kandidat etnis Albania.
Walikota Albania itu kemudian dilantik minggu lalu, sebuah keputusan yang memicu teguran terhadap Pristina oleh AS dan sekutunya pada Jumat.
Walikota Albania Leposavic, di kota Kosovo utara lainnya, tetap berada di gedung kotamadya pada Rabu setelah memasukinya di tengah demonstrasi Serbia, Senin. Dia tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar.
"Meskipun mereka mungkin telah dipilih secara sah, kami tidak menganggap pemilihan mereka sah," kata Dragan, seorang etnis Serbia yang tinggal di Leposavic, kepada Reuters pada Rabu.
"Kami meminta apa yang masyarakat internasional minta - agar mereka dikeluarkan dari sini secara damai," katanya.
Amerika Serikat dan sekutunya telah menegur Kosovo karena meningkatkan ketegangan dengan Serbia, dengan mengatakan penggunaan kekuatan untuk melantik walikota di wilayah etnis Serbia di Kosovo merusak upaya untuk memperbaiki hubungan bilateral yang bermasalah.
Presiden Serbia Aleksandar Vucic menempatkan pasukannya dalam siaga tempur penuh dan memerintahkan unit untuk bergerak lebih dekat ke perbatasan.
Mayoritas orang Serbia di Kosovo Utara tidak pernah menerima deklarasi kemerdekaan Kosovo tahun 2008 dari Serbia, dan menganggap Beograd sebagai ibu kota mereka lebih dari dua dekade setelah pemberontakan Kosovo Albania melawan pemerintahan represif Serbia.
Etnis Albania merupakan lebih dari 90% populasi di Kosovo secara keseluruhan, tetapi Serbia utara telah lama menuntut penerapan kesepakatan 2013 yang ditengahi Uni Eropa untuk pembentukan asosiasi kotamadya otonom di wilayah mereka.
Pasukan penjaga perdamaian dikerahkan di Kosovo pada 1999 setelah pengeboman NATO mengusir polisi dan tentara Serbia dari bekas provinsinya.
REUTERS
Pilihan Editor: Moskow Tuding Ukraina Serang Wilayah Rusia, Ini Reaksi Gedung Putih