TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu Turki putaran pertama yang digelar Minggu, 14 Mei 2023 menghadirkan kejutan. Ramalan lembaga survei bahwa Recep Tayyip Erdogan bakal terlempar dari kursi kepresidenan pada putaran pertama, tak terbukti. Sebaliknya, meski unggul tipis dari rivalnya, Kemal Kilicdaroglu, Erdogan masih memimpin hasil perolehan sementara dengan kemenangan 49,5 persen. Sementara Kilicdaroglu, meraih 44,96 persen suara.
Meski demikian, Erdogan yang telah memimpin Turki selama 20 tahun, menghadapi lawan yang kuat. Dalam putara kedua pada 28 Mei mendatang, Erdogan dan Kilicdaroglu akan bersaing keras.
Selama lebih dari satu dekade, pemimpin oposisi Kemal Kilicdaroglu berjuang di bawah bayang-bayang saingannya Recep Tayyip Erdogan, politikus paling sukses di negara itu. Mantan birokrat yang berwatak halus dan berkacamata itu tampaknya merupakan antitesis dari gaya bombastis Erdogan.
Dalam beberapa jajak pendapat sebelum pemilu digelar, Kilicdaroglu unggul melawan Erdogan, seorang presiden petahana yang terkenal karena daya tahan dan kecerdasan politiknya. Kilicdaroglu, yang berusia 74 tahun itu memusatkan kampanyenya pada janji untuk mengembalikan Turki ke demokrasi parlementer dan mengakhiri sistem presidensial yang diperkenalkan oleh Erdogan.
Lahir di provinsi Tunceli, Turki bagian timur, Kilicdaroglu mengukir karir sebagai akuntan pemerintah. Selama 20 tahun, karirnya terus bersinar hingga menjadi kepala lembaga asuransi sosial Turki. Dia berhenti menjadi pegawai negeri pada 1999 dan bergabung dengan Partai Sol Demokratik yang dipimpin oleh Perdana Menteri Bulent Ecevit.
Gagal masuk daftar partai untuk pemilu 1999, dia beralih ke CHP dan masuk parlemen tiga tahun kemudian sebagai wakil Istanbul. Ia mendapatkan reputasi karena mengungkap korupsi.
Ia gagal menjadi walikota Istanbul pada 2009. Tahun berikutnya, Kilicdaroglu menerima dukungan luar biasa menjadi pemimpin partai setelah petahana dilanda skandal rekaman seks.
Selama 13 tahun masa jabatannya sebagai ketua partai politik tertua di Turki, yang didirikan oleh pendiri negara Mustafa Kemal Ataturk, Kilicdaroglu telah menjauhkan CHP dari akar Kemalisnya menjadi gerakan sosial demokrat yang mampu menjangkau pemilih konservatif yang membentuk basis pendukung Erdogan.
AL JAZEERA | REUTERS