TEMPO.CO, Jakarta - Pihak berwenang di negara bagian Manipur, India timur laut sedang menyelidiki apakah kematian 18-20 orang dalam beberapa hari terakhir disebabkan oleh bentrokan antar-etnis baru-baru ini.
Sebelumnya terdapat laporan insiden penjarahan dan pembakaran di beberapa bagian Manipur, negara terpencil yang berbatasan dengan Myanmar dalam beberapa hari terakhir.
"Kami mendapat laporan sekitar 18 hingga 20 kematian dalam beberapa hari terakhir, meskipun kami masih memverifikasi apakah kematian ini terjadi karena kekerasan baru-baru ini atau terkait dengan beberapa insiden lain," kata Kuldeep Singh, penasihat keamanan pemerintah Manipur, kepada wartawan seperti dilansir Reuters Minggu 7 Mei 2023.
"Sekitar 100 orang terluka dan dirawat di berbagai rumah sakit," kata Singh, menambahkan lebih dari 500 rumah dibakar selama beberapa hari terakhir dan beberapa kendaraan juga dibakar.
Direktur Jenderal Polisi Manipur P. Doungel mengatakan, perintah telah diberikan untuk menindak tegas siapa pun yang ditemukan terlibat dalam tindakan kekerasan.
"Kami telah meminta tentara untuk menggelar pawai bendera di daerah yang dilanda kekerasan dan menginstruksikan pasukan untuk mengambil tindakan tegas terhadap siapa pun yang terlibat dalam kekerasan," kata Doungel kepada wartawan.
Kekerasan dimulai awal pekan ini setelah unjuk rasa oleh masyarakat adat menentang langkah untuk memberikan status kesukuan kepada kelompok etnis utama di negara bagian itu. Massa menyerang rumah, kendaraan, gereja, dan kuil.
Beberapa laporan menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 54 orang. Sekitar 10.000 orang dilaporkan mengungsi. Ribuan pasukan telah dikirim untuk menjaga ketertiban.
Jam malam diberlakukan di beberapa distrik dan akses internet telah ditangguhkan. Negara-negara tetangga mulai mengevakuasi siswa mereka dari Manipur, yang berada di timur laut India dan dekat perbatasan dengan Myanmar.
Tentara mengatakan telah mengendalikan situasi, tetapi pemerintah pimpinan BJP nasionalis Hindu di negara bagian itu dituduh tidak berbuat cukup untuk mencegah kekerasan.
Anggota komunitas Meitei, yang jumlahnya sedikitnya 50 persen dari populasi negara bagian, telah menuntut inklusi di bawah kategori Suku Diakui selama bertahun-tahun.
India mencadangkan pekerjaan pemerintah, penerimaan perguruan tinggi, dan kursi terpilih di semua tingkat pemerintahan bagi komunitas di bawah kategori ini untuk memperbaiki kesalahan sejarah yang telah menolak kesempatan yang sama bagi mereka.
Status ini akan memberi Meitei akses ke lahan hutan dan menjamin mereka sebagian dari pekerjaan pemerintah dan tempat di lembaga pendidikan. Suku-suku lain khawatir mereka akan kehilangan kendali atas tempat tinggal leluhur mereka di hutan.
Pada Selasa, ribuan orang suku dari distrik perbukitan negara bagian berpartisipasi dalam pawai yang diserukan oleh Persatuan Pelajar Semua Suku Manipur untuk menentang tuntutan Meitei tersebut. Sehari kemudian, unjuk rasa serupa berubah menjadi kekerasan, memicu kerusuhan di distrik lain yang kemudian menyebar. Masing-masing pihak saling menyalahkan atas kerusuhan tersebut.
Pilihan Editor: Bentrokan Muslim-Hindu Meletus di Ibu Kota India Selama Festival Hanuman Jayanti
REUTERS