TEMPO.CO, Jakarta - Seusai Perang Dingin, negara-negara yang memiliki senjata nuklir berusaha untuk mengendalikan pergudangannya. Walau demikian, total hulu ledak dari sembilan negara di dunia justru meningkat hingga 12.500 buah pada awal 2023, angka yang tentu tidak sedikit.
Amerika Serikat (AS) dan Rusia adalah dua negara dengan senjata nuklir paling banyak. Mereka mendominasi sekitar 89 persen dari total persediaan senjata nuklir dunia. Sebanyak 86 persen hulu ledak tersedia untuk siap digunakan oleh militer.
Sejatinya, tidak ada negara yang butuh ribuan senjata nuklir untuk keamanan nasional. Namun, beberapa negara malah terus meningkatkan cadangan nuklir mereka. Hanya AS yang berusaha mengurangi cadangan nuklirnya secara perlahan. Persediaan nuklir Prancis dan Israel relatif stabil. Sementara itu, Cina, India, Korea Utara, Pakistan, Inggris, serta Rusia dianggap masih meningkatkan persediaan mereka.
Itulah mengapa laju pengurangan senjata nuklir melambat dibandingkan 30 tahun terakhir. Pengurangan ini juga dinilai terjadi hanya karena AS dan Rusia membongkar hulu ledak yang sebelumnya sudah pensiun.
Lantas, bagaimana posisi AS dan Rusia sebagai negara dengan stok senjata nuklir terbanyak di dunia?
Sejarah Perkembangan Senjata Nuklir di AS dan Rusia
Sudah lebih dari 75 tahun berlalu sejak pemboman atom di Hiroshima dan lebih dari 12.000 hulu ledak nuklir masih tersebar di seluruh dunia. Mulai dari silo di Montana, sudut-sudut terpencil pangkalan udara Eropa, hingga ke tempat yang sulit dideteksi seperti kedalaman samudra tempat kapal selam rudal balistik mengintai.
Peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada Agustus 1945 adalah salah satu serangan nuklir terbesar sepanjang masa. Daya ledaknya mencapai 15 dan 22 kiloton. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan hulu ledak modern saat ini, kekuatan nuklir zaman dulu seakan tidak ada apa-apanya.
Hulu ledak nuklir modern jauh lebih kuat, misalnya saja rudal Trident AS berdaya ledak 455 kiloton dan rudal balistik antarbenua SS Rusia berdaya ledak 800 kiloton. Untuk jumlahnya sendiri, AS diperkirakan memiliki 5.244 hulu ledak nuklir, sedangkan Rusia lebih banyak di angka 5.889 (per Maret 2023).
Meskipun jumlahnya tampak sangat tinggi, itu bukanlah puncak senjata nuklir AS dan Rusia dalam sejarah. Kedua negara itu secara kolektif pernah memiliki hampir 65.000 hulu ledak nuklir pada 1986. Kala itu, belum ada perjanjian pembatasan nuklir yang secara efektif melandaikan jumlah persediaan nuklir AS dan Rusia.
Baru pada 1987, bersama terbitnya Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty atau Traktat INF, jumlah hulu ledak mulai turun di angka 61.682. Pakta ini kemudian diikuti oleh beberapa perjanjian lain seperti Strategic Arms Reduction Treaty (START) I 1991, START II 1993, Strategic Offensive Reductions Treaty (SORT) 2003, dan New START 2011 yang terbukti efektif membatasi stok persenjataan nuklir kedua negara. Jumlah hulu ledak terendah yang pernah dimiliki oleh AS dan Rusia secara kolektif adalah sekitar 9.500 pada 2017.
Perbandingan Senjata Nuklir AS dan Rusia saat Ini
Namun, mulai Maret 2022, tampaknya jumlah hulu ledak kedua negara kembali meningkat seiring dengan invasi Rusia terhadap Ukraina. Totalnya mencapai 11.133 hulu ledak nuklir. Berdasarkan statusnya, berikut rincian jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki AS dan Rusia.
- AS
Siap dikerahkan (strategis): 1.670 hulu ledak
Siap dikerahkan (nonstrategis): 100 hulu ledak
Cadangan / tidak dikerahkan: 1.938 hulu ledak
Pensiun: 1.536 hulu ledak
Total: 5.244 hulu ledak
- Rusia
Siap dikerahkan (strategis): 1.674 hulu ledak
Cadangan / tidak dikerahkan: 2.815 hulu ledak
Pensiun: 1.400 hulu ledak
Total: 5.889 hulu ledak
Pilihan editor: Antusias Wanita Arab Saudi Melihat Senjata Api di World Defense Show
NIA HEPPY | SYAHDI MUHARRAM