TEMPO.CO, Jakarta - Pihak militer Sudan dan pasukan paramiliter saling klaim memperoleh kemenangan dalam pertempuran sengit di ibukota Khartoum, Senin, 17 April 2023.
Pertempuran antara tentara dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) menewaskan sedikitnya 185 orang dan melukai lebih dari 1.800 orang, kata utusan PBB Volker Perthes di tengah serangan udara dan pertempuran di Khartoum dan seluruh Sudan. Perebutan kekuasaan ini menggagalkan peralihan ke pemerintahan sipil dan menimbulkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.
Asap menyelimuti ibu kota, dan penduduk melaporkan gemuruh serangan udara, tembakan artileri, dan penembakan yang menutup rumah sakit di kota yang tidak terbiasa dengan kekerasan.
"Kedua pihak yang bertikai tidak memberikan kesan bahwa mereka menginginkan mediasi untuk perdamaian di antara mereka segera," kata Perthes kepada wartawan melalui tautan video dari Khartoum.
Dia mengatakan kedua belah pihak telah menyetujui gencatan senjata kemanusiaan selama tiga jam. Namun untuk hari kedua berturut-turut pertempuran terus berlanjut, menurut siaran Al Jazeera dan Al Arabiya TV dari Khartoum.
Pertempuran di Khartoum dan kota kembar Omdurman dan Bahri yang bersebelahan sejak Sabtu adalah yang terburuk dalam beberapa dasawarsa dan berisiko memisahkan Sudan antara dua faksi militer yang telah berbagi kekuasaan selama transisi politik.
Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan mengepalai dewan penguasa yang dibentuk setelah kudeta tahun 2021 dan penggulingan pemimpin veteran Omar Bashir tahun 2019 selama protes massal. Pemimpin RSF Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, adalah wakilnya.
Mesir dan Uni Emirat Arab sedang mengerjakan proposal gencatan senjata untuk Sudan, kata dua sumber keamanan Mesir. Kairo adalah pendukung terpenting angkatan bersenjata Sudan, sementara Hemedti menjalin hubungan dengan kekuatan asing termasuk Uni Emirat Arab dan Rusia.
Dalam pidato yang disiarkan oleh televisi pemerintah Mesir pada Senin malam, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan dia melakukan kontak rutin dengan tentara dan RSF untuk "mendorong mereka menerima gencatan senjata".
Di bawah rencana transisi yang didukung secara internasional, RSF akan segera bergabung dengan tentara. Burhan pada hari Senin mencap RSF sebagai kelompok pemberontak dan memerintahkannya untuk dibubarkan.
Dalam komentarnya kepada Sky News, Burhan mengatakan dia aman di wisma kepresidenan di dalam kompleks kementerian pertahanan. Tentara kemudian mengatakan cakupan operasi keamanan diperluas, yang akan menyebabkan pembatasan pergerakan warga.
Pemimpin RSF Hemedti, yang keberadaannya sejak Sabtu tidak diketahui, menyebut panglima militer itu "seorang Islam radikal yang membom warga sipil dari udara".
Sementara tentara lebih besar dan memiliki kekuatan udara, RSF dikerahkan secara luas di dalam lingkungan Khartoum dan kota-kota lain, sehingga tidak ada faksi yang memiliki keunggulan untuk meraih kemenangan cepat.
REUTERS
Pilihan Editor Dihukum 25 Tahun karena Kritik Putin, Kara-Murza: Rusia Akan Bebas