TEMPO.CO, Jakarta - Bentrokan pecah saat demonstrasi menentang pembangunan waduk air untuk irigasi pertanian di Prancis barat pada Sabtu, 25 Maret 2023. Seorang petugas polisi dan pengunjuk rasa terluka parah.
Polisi menembakkan gas air mata untuk mengusir pengunjuk rasa yang melemparkan kembang api. Saat insiden terjadi, mereka sedang melintasi ladang untuk mendekati area konstruksi di distrik pedesaan Sainte-Soline.
Tayangan televisi menunjukkan, setidaknya tiga kendaraan polisi dibakar.
Pejabat keamanan setempat, Emmanuelle Dubee, mengatakan, sedikitnya 6.000 pengunjuk rasa bergabung dalam pawai itu. Mereka menentang larangan protes di tempat. Protes serupa Oktober lalu juga berubah menjadi kekerasan.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin menyatakan, satu petugas dan satu pengunjuk rasa berada terluka parah, namun nyawa mereka tidak dalam bahaya.
Darmanin mengatakan, secara keseluruhan, tujuh pengunjuk rasa dan 24 petugas polisi terluka. Menteri menyalahkan sekitar 1.000 aktivis sayap kiri atas kekerasan tersebut. Menurutnya, gangguan telah dimulai di daerah terdekat pada Jumat menjelang kekerasan Sabtu, dengan polisi menahan 12 orang.
Sementara, pihak berwenang menyebut, sekitar 3.200 petugas polisi, beberapa dengan helikopter dan quad bike, dikerahkan untuk demonstrasi tersebut. Darmanin mengakui, granat kejut digunakan untuk mengusir pengunjuk rasa.
Protes atas proyek irigasi terjadi setelah berminggu-minggu demonstrasi di Prancis menentang reformasi pensiun yang berubah menjadi kekerasan. Pemerintah mendorong undang-undang tersebut tanpa pemungutan suara parlementer terakhir.
Kekeringan terparah Prancis dalam catatan musim panas lalu mempertajam perdebatan tentang sumber daya air di sektor pertanian terbesar Uni Eropa.
Pendukung mengatakan reservoir buatan adalah cara untuk menggunakan air secara efisien saat dibutuhkan. Sedangkan kritikus - yang menyebutnya "mega-basin" - berpendapat bahwa irigasi terlalu besar dan hanya mendukung pertanian besar.
REUTERS
Pilihan editor Ikut Grup Wagner Perang di Ukraina, 5 Ribu Narapidana Rusia Dapat Pengampunan