TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis, Kamis, 9 Maret 2023, meminta maaf atas kecelakaan kereta api yang menewaskan 57 orang, dan berjanji untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang telah lama terjadi di sektor kereta api dan menyediakan dukungan keuangan untuk keluarga korban.
Sebuah kereta penumpang dengan 350 orang di dalamnya, sebagian besar mahasiswa, bertabrakan dengan kereta barang di Yunani tengah pada 28 Februari dalam bencana kereta api paling mematikan di negara itu.
“Saya ingin mengucapkan kembali permintaan maaf atas nama mereka yang memerintah negeri ini selama bertahun-tahun, dan terutama atas nama saya sendiri,” kata Mitsotakis dalam sebuah rapat kabinet. “Saya bertanggung jawab.”
Kecelakaan itu memicu kemarahan publik dan protes terhadap sistem politik yang telah berkali-kali mengabaikan permintaan serikat-serikat pekerja kereta api untuk memasang dan merawat sistem keamanan digital dan mempekerjakan lebih banyak staf.
Rabu, puluhan ribu orang berunjuk rasa di luar parlemen di Athena, kota utara Thessaloniki dan kota-kota lain di seluruh Yunani dalam demonstrasi-demonstrasi jalanan terbesar yang pernah dihadapi pemerintahan konservatif sejak terpilih 2019.
Pemerintah, yang awalnya berencana untuk mengadakan pemilihan dalam beberapa minggu mendatang karena masa jabatannya berakhir pada Juli, telah menyalahkan kecelakaan itu terutama karena kesalahan manusia tetapi juga mengakui kekurangan terutama karena kurangnya investasi dan pengabaian - warisan dari krisis utang Yunani.
Mitsotakis, Kamis, menguraikan prioritas pemerintahnya, termasuk penyelidikan transparan tentang penyebab kecelakaan itu dan memberi kompensasi kepada keluarga korban.
Ia mengatakan lebih dari 270 juta euro akan diinvestasikan dalam reforma kereta api dan berjanji untuk mempekerjakan lebih banyak karyawan dan memperbaiki keamanan dengan memasang sistem kontrol digital sepanjang jaringan rel kereta api di akhir Agustus.
“Kita bersama-sama dalam cobaan ini," kata Mitsotakis, menambahkan bahwa kaum muda dan orang tua mereka "berhak untuk marah". Tetapi sang pemimpin tersebut meminta pengunjuk rasa untuk tidak membiarkan kemarahan memecah belah masyarakat.
"Penting untuk memberi ruang pada kesedihan dan kemarahan. Tapi kita tidak boleh membiarkannya menjadi percikan yang akan menyebabkan perpecahan," katanya, tepat sebelum unjuk rasa yang direncanakan oleh mahasiswa di Athena.
REUTERS
Pilihan Editor: Bekas PM Malaysia Muhyiddin Yassin Ditahan atas Dugaan Korupsi