TEMPO.CO, Jakarta - Partai Komunis Vietnam mencalonkan Vo Van Thuong sebagai presiden baru, kata sumber dari dua partai, Rabu, 1 Maret 2023, menyusul pengunduran paksa pendahulunya yang tiba-tiba pada Januari sebagai bagian dari upaya pemberantasan korupsi.
Thuong (52) adalah anggota termuda dari Politbiro partai tersebut, sebuah lembaga pembuat keputusan tinggi negara tersebut, dan dikenal luas sebagai orang dekat Sekretaris Jenderal Nguyen Phu Trong, sosok paling berkuasa Vietnam.
Trong adalah arsitek utama dari tindakan keras partai terhadap korupsi, di mana ratusan pejabat telah diselidiki dan banyak yang dipaksa mundur, termasuk mantan presiden Nguyen Xuan Phuc dan dua wakil perdana menteri.
Pencalonan Thuong oleh Komite Pusat partai menguatkan keputusan sebelumnya oleh Politbiro, dan akan membutuhkan persetujuan Majelis Nasional, yang akan menyelenggarakan sesi luar biasa, Kamis, 2 Maret 2023, dan sebuah sidang formal, Mei.
Baik pemerintah maupun partai Komunis, Rabu, mengatakan Komite Sentral partai telah menyetujui sebuah pencalonan untuk presiden, tanpa menyebut kandidat.
Presiden di Vietnam memegang peran yang sebagian besar seremonial, tetapi ada di antara empat sosok politik tertinggi di negeri itu, bersama dengan sekretaris jenderal partai, perdana Menteri, dan ketua majelis nasional.
Sebagai mantan kepala propaganda, "Thuong adalah seorang aparat partai yang mapan dan anggota tepercaya dari lingkaran dalam Sekretaris Jenderal Trong," kata Carl Thayer, seorang pakar politik Vietnam di Akademi Angkatan Pertahanan Australia di Canberra.
Ia adalah salah satu dari 16 anggota Politbiro dan memegang jabatan-jabatan sekretaris Komite Pusat partai, salah satu posisi tertinggi di negara itu.
Berbicara dalam sebuah rapat partai bulan lalu, Thuong mengatakan: "Kepentingan-kepentingan rakyat yang sesuai hukum dan sah harus menjadi titik awal yang penting dari semua panduan dan kebijakan Partai.”