Sebagai mantan kepala propaganda pada Desember 2019, Thuong berbicara di depan konferensi media massa, bahwa pers berfungsi sebagai “saluran penting untuk melawan informasi yang tidak benar, berita palsu, berita kritis terhadap rezim, dan apa yang membuat orang kehilangan kepercayaan pada Negara-Partai.”
Ia juga menekankan pentingnya pekerjaan ideologis dalam organisasi pers dan memastikan kader Partai dan anggota Partai waspada terhadap tanda-tanda kerusakan politik, ideologis, dan moral. Secara khusus, Thuong memperingatkan terhadap tanda-tanda “pengembangan diri” dan “evolusi diri”, istilah negatif yang mengacu pada pergeseran menuju nilai-nilai demokrasi liberal – nilai-nilai yang dikutuk oleh Partai Komunis yang berkuasa.
Menurut Reporters Without Borders, Vietnam menduduki peringkat 176 dari 180 negara dalam hal kebebasan pers. Meskipun kebebasan pers dijamin oleh konstitusi, Komunis Vietnam adalah negara otoriter satu partai yang tidak mentolerir tantangan terhadap kekuasaannya.
Para diplomat yang berbasis di Hanoi mengatakan kepada Reuters, bahwa mereka melihat keputusan partai untuk mencalonkan Thuong sebagai presiden adalah sebuah upaya untuk memajukan generasi baru pemimpin dan mengkonsolidasi kekuasaan dalam rangka keputusan sekretaris jenderal Trong yang berusia 78 tahun untuk mundur sebelum akhir jabatan ketiganya pada 2026.
Sekretaris jenderal kerap dipilih dari salah satu pemimpin top dan Trong, yang telah ditunjuk Kembali untuk masa jabatan ketiga pada 2021, "sedang memastikan ia memiliki pengganti yang dapat diterima di semua kalangan,” kata diplomat tersebut.
REUTERS | THE VIETNAMESE
Pilihan Editor: Penyalahgunaan Data, TikTok Didenda Turki Rp1,37 Miliar