Sementara itu, Salman Rushdie baru saja menerbitkan novel berjudul "Victory City", Kamis, 9 Februari 2023, enam bulan setelah peristiwa penusukan itu.
Sejak serangan itu, Rushdie berjuang keras untuk menulis dan menderita mimpi buruk, katanya kepada majalah New Yorker dalam sebuah wawancara. Ia menyebut pria didakwa percobaan pembunuhan itu “idiot”.
"Yang saya lihat hanyalah wawancara idiotnya di New York Post," kata Rushdie, yang lahir di Mumbai, dan dibesarkan dalam sebuah keluarga Muslim. "Hanya orang idiot yang akan melakukannya.
Matar, 25 tahun, mengatakan kepada the Post dalam sebuah wawancara tak lama setelah penusukan bahwa ia berpikir Rushdie sudah menghina Islam.
Rushdie menghabiskan enam minggu di rumah sakit dan masih membutuhkan kunjungan medis regular, katanya kepada New Yorker. Ia berharap serangan itu tidak mempengaruhi novelnya.
"Saya selalu berpikir bahwa buku-buku saya lebih penting daripada kehidupan saya,” katanya kepada majalah tersebut. “Sayangnya, dunia tampaknya tidak sepakat.”
REUTERS
Pilihan Editor: Bos Grup Wagner Menggerutu, Kesal dengan Militer Rusia