TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi masinis kereta cepat di Arab Saudi, kini tak hanya bisa diraih pria melainkan juga wanita. Arab Saudi kian membuka lebar-lebar pintu karir untuk para wanita.
Baca: Liga Arab Saudi Terus Menggoda Lionel Messi untuk Menyusul Cristiano Ronaldo
Sebanyak 32 pengemudi wanita telah menyelesaikan pelatihan sebagai masinis pada Desember 2022. Dalam video yang dirilis pada Tahun Baru 2023, mereka menjalani pelatihan selama satu tahun sebelum bertugas mengemudikan kereta peluru di jalur berkecepatan tinggi Haramain sepanjang 453 kilometer. Kereta cepat itu menghubungkan antara kota Mekkah dan Madinah di Arab Saudi, menjadikan mereka wanita pertama yang mengemudikan kereta SAR.
Salah satu pengemudi kereta cepat adalah Tharaa Ali. Perempuan berusia 25 tahun ini duduk di kemudi kereta api berkecepatan tinggi yang mengangkut jemaah haji ke Mekkah. Sebelum menjadi masinis kereta cepat, Tharaa Ali hanya berpengalaman menyupiri keluarganya berkeliling di kota asalnya, Jeddah.
Tapi tahun lalu dia bergabung memperebutkan posisi menjadi masinis yang hanya berjumlah 32 orang pengemudi wanita di antara 28.000 pelama. Yang mengejutkannya, mantan guru bahasa Inggris itu termasuk di antara sedikit orang yang beruntung terpilih, dia menyelesaikan perjalanan pertamanya bulan lalu.
"Hari pertama bekerja di sini seperti mimpi bagi saya, memasuki kereta, memasuki kabin," katanya kepada AFP dilansir dari France 24.
"Ketika Anda berada di dalam kabin, Anda melihat hal-hal menuju ke arah Anda dengan kecepatan yang sangat tinggi. Perasaan takut dan takut menyelimuti saya, tetapi Alhamdulillah, dengan waktu dan latihan intensif, saya menjadi percaya diri."
Proporsi perempuan Saudi dalam angkatan kerja meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2016, dari 17 persen menjadi 37 persen. Statistik tersebut memberi narasi tentang perluasan hak-hak perempuan di bawah Putra Mahkota Mohammed bin Salman, bahkan di tengah meningkatnya represi terhadap para aktivis. Terbuka lebarnya perluasan hak perempuan membuat Mohammed bin Salman mendapat tepuk tangan di acara-acara seperti Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Namun pengangguran di kalangan wanita Saudi masih tinggi yaitu 20,5 persen tahun lalu, dibandingkan dengan 4,3 persen untuk pria Saudi. Angka itu, seperti banjirnya pelamar untuk posisi pengemudi, menyoroti tugas mendesak yang dihadapi para pembuat kebijakan Saudi yaitu menciptakan lapangan kerja bagi semua perempuan yang baru tertarik untuk berpartisipasi dalam perubahan ekonomi.
"Tantangan telah bergeser," kata ekonom Saudi Meshal Alkhowwaiter. "Dari mendorong perempuan untuk bergabung dengan angkatan kerja, menjadi menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk mempekerjakan ribuan perempuan Saudi yang memasuki angkatan kerja setiap kuartal."
Karir wanita Saudi secara tradisional berkembang pesat di bidang-bidang tertentu seperti pendidikan dan kedokteran. Namun aturan yang diperkenalkan dalam beberapa tahun terakhir yang melarang diskriminasi gender di tempat kerja dan melonggarkan batasan kode pakaian telah menciptakan peluang baru.
Wanita kini diizinkan melamar untuk berbagai posisi sebagai pramusaji, barista, dan resepsionis hotel yang sebelumnya didominasi oleh orang asing.
Raneem Azzouz, seorang masinis lain mengatakan bahwa di akhir salah satu perjalanannya ke Medina, seorang penumpang wanita menjelaskan bahwa dia tidak percaya wanita bisa melakukan pekerjaan itu sampai dia melihatnya dengan matanya sendiri. "Dia berkata, 'Terus terang, ketika saya melihat iklan (pekerjaan), saya benar-benar menentangnya. Saya mengatakan bahwa jika putri saya akan mengantar saya, saya tidak akan berkendara bersamanya," kata Azzouz menirukan pernyataan perempuan tersebut. Setelah perjalanan selesai dengan aman, wanita itu menceritakan bahwa Azzouz telah membuktikan dirinya sama dengan pengemudi pria.
"Pengemudi wanita sangat berkualitas dan membuktikan kemampuan mereka selama pelatihan," kata Rayan al-Harbi, wakil presiden eksekutif Perusahaan Kereta Api Saudi.“Ini adalah bukti bahwa perempuan Saudi memiliki kapasitas penuh ketika mereka diberdayakan untuk melakukan tugas seperti laki-laki.”
Namun tak semua penumpang kereta cepat setuju. Mohammed Issa, seorang pegawai negeri Emirat yang baru-baru ini naik kereta berkecepatan tinggi ke bandara Jeddah, mengatakan bahwa wanita harus fokus pada urusan rumah tangga. “Jika wanita mengabdikan dirinya pada rumahnya, tidak diragukan lagi itu akan menjadi keluarga yang sukses,” ujarnya. "Tetapi jika perempuan itu tidak ada di rumah, dan pekerjaan pasti menjauhkannya dari rumah, siapa yang akan memainkan perannya?"
Simak: Top 3 Dunia: Yahudi Soal Pembakaran Al Quran, Mahasiswa Arab Ditikam di AS
AL ARABIYA | FRANCE 24