TEMPO.CO, Jakarta - Para pejabat di Nepal tidak yakin ada peluang untuk menemukan korban yang selamat dari kecelakaan pesawat Yeti Airlines awal pekan ini. Tim evakuasi, akan terus mencari sisa-sisa penumpang terakhir yang hilang.
Baca: Cerita Kopilot Yeti Airlines yang Jatuh, Jadi Pilot Ikuti Jejak Suami
Tim penyelamat menggunakan pesawat tak berawak dan menuruni ngarai yang dalam pada Selasa, 17 Januari 2023, untuk menyaring sisa-sisa pesawat turboprop ATR 72 Yeti Airlines yang hangus. Pesawat itu membawa 72 orang ketika jatuh di dekat kota wisata Pokhara pada Minggu pagi.
"Tidak ada kemungkinan untuk menemukan orang yang selamat. Kami telah mengumpulkan 71 jenazah sejauh ini. Pencarian yang terakhir akan dilanjutkan," kata Tek Bahadur K.C., pejabat tinggi distrik di Pokhara, Rabu, 18 Januari 2023.
Petugas kepolisian Ajay K.C mengakui sulit mengidentifikasi dan menghitung seluruh penumpang yang berjumlah 72 orang karena kondisi jenazah yang hancur. Namun demikian, dia menegaskan, sampai tes rumah sakit menunjukkan 72 jenazah. "Kami akan terus mencari orang terakhir," ujarnya.
Tim pencari menemukan 68 mayat pada hari kecelakaan itu. Dua lagi ditemukan pada Senin, 16 Januari 2023, sebelum pencarian dibatalkan. Satu mayat lagi telah ditemukan pada Selasa sore, seperti dikonfirmasi para pejabat. Jatuhnya Yeti Airlines ini disebut merupakan kecelakaan udara terburuk dalam 30 tahun terakhir.
Gurudutt Ghimire, pejabat lain yang terlibat dalam operasi pencarian, mengatakan, tim telah mengalihkan aliran sungai terdekat untuk mencari mayat. "Tidak ada yang tersisa di sana. Tapi pencarian akan dilanjutkan," kata Ghimire.
Pada Senin, para pencari menemukan perekam suara kokpit dan perekam data dari penerbangan nahas itu. Keduanya dalam kondisi baik, sebuah penemuan yang mungkin membantu penyelidik menentukan penyebab kecelakaan pesawat. Nepal tidak memiliki fasilitas untuk membaca kotak hitam pesawat. Perangkat akan dikirim ke negara lain yang direkomendasikan pabrikan.
Simak: Sebelum Yeti Airlines Jatuh, Kecelakaan Pesawat di Nepal Sering Terjadi
REUTERS