TEMPO.CO, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim sepakat bekerja sama memerangi diskriminasi terhadap minyak sawit. Indonesia dan Malaysia merupakan produsen terbesar komoditas tersebut.
"Kita juga tadi sepakat memperkuat kerja sama melalui Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) untuk meningkatkan pasar minyak kelapa sawit dan memerangi diskriminasi terhadap kelapa sawit," kata Jokowi dalam keterangan pers lawatan Anwar Ibrahim di Istana Bogor, Senin, 9 Januari 2023.
Baca juga: Anwar Ibrahim ke Jakarta, Kesepakatan Bisnis Rp 4,11 T Diharapkan Berjalan Mulus
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin 9 Januari 2023. Kunjungan akan berfokus pada isu-isu yang berkaitan dengan perbatasan. Kerja sama perdagangan kedua negara, pekerja migran dan minyak sawit (CPO) juga akan dibahas pada kunjungan resmi pertama Anwar ke Indonesia. TEMPO/Subekti.
Presiden Jokowi tidak menyebut-nyebut Uni Eropa dalam pernyatannya soal diskriminasi. Uni Eropa sebelumnya sudah berencana untuk menghapus bahan bakar berbasis minyak sawit secara bertahap pada 2030 karena dianggap terkait dengan deforestasi.
"Tidak boleh ada pemaksaan, tidak boleh lagi ada pihak yang selalu mendikte dan beranggapan bahwa my standard is better than yours," ujar Jokowi pada Desember 2022 dalam nada tegas, menanggapi kemitraan ASEAN dan Uni Eropa, di tengah sengketa nikel Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Di sela lawatan Anwar ke Indonesia, sektor bisnis Malaysia menyerahkan 11 Letter of Interest (LOI) kepada otorita IKN yang bergerak di bidang elektronik, kesehatan, pengelolaan limbah, konstruksi dan properti. Isu pekerja migran serta niat dialog sengketa perbatasan negara dan peningkatan kerja sama ekonomi menjadi dua pemimpin.
Selain itu juga terdapat sejumlah MOU di bidang perkapalan, pembiayaan ekspor impor, energi hijau, pengembangan industri baterai dan lain-lainnya juga sudah ditandatangani. Potensi dari kesepakatan bisnis yang tergabung dari LOI dan MOU oleh RI dan Malaysia itu berpotensi RM1.66 miliar atau setara Rp4,11 triliun.
Anwar dan Presiden Jokowi juga membahas isu regional seperti krisis Myanmar. Kedua pemimpin sepakat mendukung mekanisme ASEAN dalam penyelesaian konflik dan menyerukan junta militer segera menghentikan kekerasan.
Selama bertemu Jokowi, Perdana Menteri Malaysia ke-10 itu menyatakan ingin terus meningkatkan hubungan ekonomi dengan Indonesia. Dia menyebut punya ikatan spesial dengan Indonesia.
Pada 2021 Indonesia tercatat sebagai mitra dagang global terbesar ke-7 Malaysia dan ke-3 di ASEAN dengan nilai perdagangan RM95,31 miliar atau sekitar Rp 337,806 triliun.
Pada periode Januari-November 2022, Indonesia merupakan mitra dagang terbesar ke-6 Malaysia secara global, dan mitra dagang terbesar ke-2 di ASEAN dengan total perdagangan meningkat sebesar 41,7 persen senilai RM120,26 miliar atau sekitar Rp 427.442 triliun.
Baca juga: Pendukung Jair Bolsonaro Menyerang Istana Presiden dan Mahkamah Agung
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.