Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan memahami kekhawatiran negara-negara yang melalukan pembatasan ketat terhadap turis China. Sekretaris Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter Kamis malam mengatakan perlu lebih banyak informasi untuk menilai lonjakan terbaru infeksi COVID-19 di China.
Beberapa negara memberlakukan pembatasan pada pelancong dari China karena lonjakan infeksi COVID-19 setelah negara itu membatalkan kebijakan nol-Covid yang ketat. “Dengan tidak adanya informasi komprehensif dari China, dapat dimengerti bahwa negara-negara di seluruh dunia bertindak dengan cara yang mereka yakini dapat melindungi populasi mereka,” tulis kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter Kamis malam. Dia mendesak China untuk lebih terbuka dengan informasi tentang keadaan pandemi.
Beijing bersikeras telah membagikan informasi dan data yang relevan dengan komunitas internasional. Wang mengatakan persyaratan Covid-19 yang diberlakukan oleh negara-negara pada pelancong dari China harus didasarkan pada sains. “Kami membagikan urutan virus corona baru pada kesempatan pertama, dan dengan demikian memberikan kontribusi penting untuk pengembangan vaksin yang relevan, obat-obatan di negara lain,” kata Wang dalam jumpa pers pada hari Jumat, 30 Desember 2022.
Jumlah kematian akibat virus corona di seluruh dunia mencapai hampir 6,7 juta sejak virus itu muncul di kota Wuhan. Beberapa negara termasuk Amerika Serikat telah mulai mengambil sampel air limbah dari pesawat internasional yang tiba dari China untuk melacak varian baru.
William Schaffner, pakar penyakit menular di Departemen Kedokteran Universitas Vanderbilt di Nashville, Tennessee, mengatakan pengujian air limbah menjadi semakin umum. “Menguji air limbah dari penumpang yang datang dari China akan memberi gambaran tentang jenis virus mana yang ada di luar sana, itu sangat penting,” kata Schaffner. “Kami mungkin bisa lebih memahami apakah varian baru bermunculan di China, varian yang mungkin menjadi perhatian,” katanya.
Menurutnya, faktor penyebab lonjakan infeksi ini adalah perjalanan yang kian sibuk. “Orang-orang diizinkan keluar negara dan berkeliling. Ada peluang virus untuk bermutasi dan menciptakan varian baru yang mungkin menghindari perlindungan vaksin saat ini,” katanya.
Simak: Dubes China di AS Qin Gang Menjadi Menteri Luar Negeri
GLOBAL TIMES | REUTERS | AL JAZEERA