TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Kuba Miguel Diaz-Canel meresmikan sebuah monumen di alun-alun Moskow utara pada Selasa, 22 November 2022, untuk mengenang pemimpin revolusioner Kuba Fidel Castro. Putin dan Diaz-Canel berjanji untuk memperdalam persahabatan mereka dalam menghadapi sanksi Amerika Serikat terhadap kedua negara.
Baca juga: Vladimir Putin Tur Amerika Latin Temui Fidel dan Raul Castro
"Ini adalah karya seni yang nyata - dinamis, bergerak, melangkah maju. Itu menciptakan citra seorang pejuang," kata Putin mengenai patung Castro, dilansir Reuters.
Patung tersebut menggambarkan Castro menatap ke kejauhan, dengan tangan di pinggulnya. Menurut Diaz-Canel, yang berkata melalui seorang penerjemah, pose itu mencerminkan kepribadian Fidel yang militan, "seperti yang dapat terefleksikan dalam perjuangan hari ini."
Rusia, yang terkena sanksi Barat atas konflik di Ukraina, ingin memperkuat hubungan politik dan ekonomi dengan negara lain yang menentang apa yang disebutnya sebagai hegemoni Amerika Serikat. Kuba berada di bawah embargo ekonomi Washington sejak 1962, setelah revolusi Komunis yang dipimpin oleh Castro.
Berbicara di depan parlemen Rusia, Diaz-Canel menunjukkan solidaritasnya dengan secara langsung mendukung dalih Moskow untuk mengirim pasukannya ke Ukraina. Dia menggemakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina, yang berpengaruh terhadap krisis ekonomi global disebabkan oleh perluasan NATO.
Ukraina dan sekutu Baratnya menolak argumen Moskow itu. Kyiv menyebut alasan itu dijadikan pembenaran khusus untuk perang penjajahan ilegal.
Putin membangkitkan memberi tahu Diaz-Canel bahwa kedua negara perlu membangun "fondasi persahabatan yang kokoh" yang dibangun antara Castro dan para pemimpin Soviet. Di bawah Castro, Kuba adalah sekutu dekat Moskow.
Karena kedekatannya dengan Kremlin, Havana sempat berada di tengah salah satu krisis terparah Perang Dingin. Pada 1962, Amerika Serikat mendeteksi pembangunan situs peluncuran Soviet di pulau Karibia untuk menembakkan rudal balistik yang mampu memukul kota-kota AS.
Kebuntuan yang dihasilkan, yang dikenal sebagai Krisis Rudal Kuba, membawa Amerika Serikat dan Uni Soviet mendekati ambang perang nuklir.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bulan lalu bahwa dunia lebih dekat dengan "Armageddon" daripada kapan pun sejak hari itu, Sebab konflik Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran akan konfrontasi yang lebih luas antara Rusia dan NATO. Politisi Rusia juga menyebut krisis Kuba sebagai peringatan dari masa lalu.
Saat ditanya mengenai kemungkinan paralel dari dua peristiwa tersebut, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan: "Krisisnya berbeda, meskipun dulu dan sekarang kita berbicara tentang bentrokan antara Rusia dan kolektif Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat."
Dia menambahkan: "Pengalaman krisis Karibia telah dipelajari dan akan terus dipelajari, tetapi ini tidak akan menjadi hal utama dalam pembicaraan" antara Putin dan Diaz-Canel.
Baca juga: Pemakaman Fidel Castro Tak Dihadiri Pemimpin Terkemuka Dunia
REUTERS