TEMPO.CO, Jakarta - Para penggemar sepak bola dari negera-negara Arab, yang hadir menyaksikan langsung Piala Dunia 2022 di Qatar menghindari wartawan Israel di Qatar yang mencoba mewawancarai mereka. Kondisi ini menggambarkan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan perdamaian yang lebih luas setelah dua tahun beberapa negara Teluk menjalin hubungan formal dengan negara Bintang Daud.
Piala Dunia 2022 diselenggarakan di Qatar atau yang pertama kalinya dilakukan di negara kawasan Timur Tengah. Sejumlah pejabat di Israel menyuarakan harapan kalau Abraham Accords (kesepakatan pemulihan hubungan diplomatik) yang dicapai Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko akan memacu normalisasi lebih lanjut, termasuk dengan Arab Saudi.
Baca juga: Ayatollah Ali Khamenei Kritik Curhat Menlu Iran Soal Dirinya Kekurangan Wewenang
Abraham Accords dimediasi Amerika Serikat. Uni Emirat Arab dan Bahrain membuka pintu diplomatik dengan Israel pada 2020. Disusul kemudian oleh Sudan dan Maroko. Membuka hubungan diplomatik Israel dengan Arab Saudi pun dijajaki meski alot.
Wartawan dari stasiun televisi Kan dan Channel 12 mengatakan kepada Reuters mereka sebagian besar dilecehkan. Rekaman yang beredar di dunia maya memperlihatkan ada dua penggemar sepak bola dari Arab Saudi, seorang pelajar asal Qatar dan tiga penggemar sepak bola dari Lebanon berjalan menjauhi wartawan Israel.
Dua stasiun televisi itu adalah media penyiaran papan atas di Negeri Bintang Daud. Namun, bagaimana pun upaya wawancara dengan penggemar sepak bola dari negara-negara Arab, gagal.
Seorang reporter Channel 13 bercerita para penggemar sepak bola asal Palestina mengadakan aksi protes dadakan di sampingnya. Mereka melambai-lambaikan bendera Palestina dan meneriakkan kata "pulanglah".
Qatar tidak secara resmi mengakui Israel karena tetap menuntut pengakuan Palestina sebagai negara. Tetapi Qatar mengizinkan penerbangan langsung dari Ibu Kota Tel Aviv ke negara itu selama penyelenggaraan Piala Dunia 2022 dan untuk menangani logistik para delegasi diplomat Israel.
Juru bicara delegasi Israel mengatakan tidak ada laporan perlakuan buruk terhadap sekitar 10 ribu hingga 20 ribu penggemar Israel. Namun dia mengakui ada beberapa insiden yang melibatkan media Israel.
Khaled al-Omri, warga negara Arab Saudi, yang bekerja di industri minyak dan sedang berada di Qatar untuk mendukung tim tuan rumah, mengatakan dia berharap rute penerbangan Tel Aviv-Doha tidak akan permanen.
“Tentu, sebagian besar negara di dunia Arab sedang menuju normalisasi – tetapi itu karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki penguasa yang mendengarkan rakyatnya,” kata al-Omri.
Riyadh masih belum mau normalisasi hubungan dengan Israel untuk saat ini. Namun sejak 2020, maskapai Israel sudah diizinkan terbang melintasi wilayah Arab Saudi.
Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memuji jurusan penerbangan Tel Aviv - Doha dengan menyebutnya sebagai potensi besar meningkatkan kontak antar warga dan mendongkrak hubungan ekonomi.
Aseel Sharayah, 27 tahun, warga negara Yordania, yang terbang ke Qatar demi menyaksikan Piala Dunia, mengatakan dia juga akan menolak diwawancarai jurnalis dari Israel, meskipun Amman sudah menanda-tangani kesepakatan damai dengan Israel pada 1994.
"Jika saya melihat salah satu dari mereka, sama sekali tidak ada waktu untuk berinteraksi. Kebijakan mereka menutup pintu pada setiap peluang untuk lebih banyak hubungan antar negara," kata Sharayah, yang bekerja untuk Komite Eropa-Yordania di Amman.
Reuters | Nugroho Catur Pamungkas
Baca juga: Netanyahu Setuju Melegalkan Pos-pos Pemukim Tepi Barat
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.