TEMPO.CO, Jakarta - Tindakan keras pasukan Garda Revolusi Iran terhadap protes antipemerintah terus berlanjut di wilayah Kurdi. Kelompok hak asasi manusia melaporkan sedikitnya empat orang tewas ketika pemerintah mengerahkan pasukan di kota sebelah barat, Mahabad, pada Ahad, 20 November 2022.
Baca: Demonstran Iran Membakar Rumah Ayatullah Khomeini
Protes nasional yang dipicu oleh kematian perempuan Kurdi Iran, Mahsa Amini, menjadi yang paling intens di daerah di mana mayoritas dari 10 juta orang Kurdi Iran tinggal. Amini, 22 tahun, tewas dalam tahanan polisi moral pada September lalu. Ia ditahan atas tuduhan melanggar aturan berpakaian bagi perempuan Iran.
Video yang diunggah di media sosial, yang tidak dapat diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan konvoi kendaraan militer dengan pasukan bersenjata lengkap di Mahabad. Bunyi senjata berat terdengar di beberapa video lainnya.
Kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Norwegia, Hengaw, menyatakan helikopter militer membawa anggota Garda Revolusi Iran yang ditakuti secara luas untuk memadamkan protes di kota Mahabad yang didominasi kaum Sunni Kurdi.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, Garda Revolusi Iran menegaskan memperkuat pasukan mereka di wilayah Kurdi barat laut untuk menghadapi kelompok separatis teroris di daerah tersebut.
"Keamanan rakyat adalah garis merah kami dan menangani teroris secara tegas adalah mandat kami," demikian isi pernyataan itu.
Pemerintah Iran, yang menyalahkan kematian Amini karena kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, mengatakan kerusuhan itu dipicu oleh musuh asing dan menuduh separatis bersenjata melakukan kekerasan.
Ulama Sunni terkemuka Molavi Abdolhamid, suara pembangkang yang kuat di Republik Islam yang dikuasai kaum Syiah, meminta pasukan keamanan tidak menembaki orang-orang di Mahabad.
"Berita meresahkan muncul dari wilayah Kurdi, terutama dari Mahabad. Tekanan dan tindakan keras akan menyebabkan ketidakpuasan lebih lanjut," Abdolhamid mencuit di Twitter.