TEMPO.CO, Jakarta - Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk HAM (OHCHR) menyebut Rusia dan Ukraina diduga telah menyiksa tahanan perang selama konflik di Ukraina. Di antara contoh penyiksaan adalah pemukulan, penggunaan alat kejutan listrik dan ditelanjangi paksa.
Dilansir dari Al Jazeera, temuan tim pemantauan OHCHR yang bermarkas di Ukraina didasarkan pada wawancara pada lebih dari 100 tahanan perang, baik dari kubu Rusia maupun Ukraina. Invasi Rusia ke Ukraina akan segera memasuki bulan kesembilan.
Pada Selasa 15 November 2022, kantor OHCHR meminta Kyiv dan Moskow untuk menyelidiki dan melakukan penuntutan terhadap semua tuduhan pelanggaran. Ukraina dan Rusia sama-sama pihak yang ada dalam Konvensi Jenewa, yang menetapkan hukum perang, termasuk perlakuan terhadap tahanan perang.
Baca juga: Nikita Mirzani Memohon Alih Penahanan, Apa Itu Tahanan Rumah?
Personel militer Rusia berbaris saat dibebaskan pada 3 November 2022. Dalam pertukaran tawanan perang antara Rusia dan Ukraina itu sebanyak 214 personel militer dibebaskan. Kementerian Pertahanan Rusia/Handout via REUTERS
Matilda Bogner, Kepala Misi Pemantauan OHCHR, mengatakan pada jumpa pers di Jenewa bahwa dari 159 tahanan Ukraina yang diwawancarai, sebagian besar melaporkan adanya penyiksaan dan perlakuan buruk.
Bogner memberi contoh penyiksaan, yakni diserang anjing galak, disetrum dengan Taser dan kekerasan seksual. Bogner mengatakan perlakuan itu ditujukan untuk mengintimidasi dan mempermalukan para tahanan.
Seorang laki-laki yang ditahan di penjara koloni dekat Olenivka, di wilayah Donetsk timur Ukraina, menceritakan anggota kelompok bersenjata yang berafiliasi dengan Rusia menempelkan kabel ke alat kelaminnya dan hidungnya, lalu menyetrumnya.
“Mereka hanya bersenang-senang dan tidak tertarik dengan jawaban saya atas pertanyaan mereka,” kata mantan tahanan tersebut, yang dilindungi identitasnya.
Mantan tahanan dari Ukraina lainnya, menggambarkan dia ditikam, ditembak dengan pistol setrum, diancam pura-pura hendak dieksekusi, tangan dan kaki digantung, dan disundut rokok.
“Kami juga mendokumentasikan berbagai bentuk kekerasan seksual, seperti menarik korban laki-laki dengan tali yang diikatkan di alat kelaminnya, atau ditelanjangi paksa yang dikombinasikan dengan ancaman perkosaan,” kata Bogner.
Wawancara dengan tahanan Ukraina dilakukan setelah mereka dibebaskan. Sebab Rusia tidak memberi penyelidik akses ke tempat penahanan.
Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, menyangkal adanya penyiksaan atau bentuk penganiayaan lain terhadap tawanan perang.
Sedangkan di pihak Ukraina, Bogner melaporkan dugaan adanya penyiksaan terhadap 175 tahanan asal Rusia yang ditahan oleh tentara Ukraina. Para tahanan asal Rusia melaporkan kondisi yang buruk dan memalukan (yang mereka alami).
Beberapa mengatakan mereka dimasukkan ke dalam truk dalam keadaan tanpa busana dan tangan terikat di belakang punggung.
Tim PBB, yang diberi akses oleh Kyiv ke tempat penahanan Ukraina, mengatakan pihaknya juga telah mendokumentasikan kasus-kasus yang disebut pemukulan selamat datang di sebuah koloni hukuman.
"Dalam beberapa kasus, tawanan perang ditikam atau disetrum dengan telepon militer 'TAPik' oleh petugas keamanan Ukraina atau personel militer yang menjaga mereka," kata Bogner.
Kyiv sebelumnya mengatakan akan memeriksa semua informasi mengenai perlakuan terhadap tahanan perang dan akan menyelidiki setiap pelanggaran dan mengambil tindakan hukum.
Al Jazeera | Nugroho Catur Pamungkas