TEMPO.CO, Jakarta - Turki menyalahkan militan Kurdi pada Senin, 14 November 2022, atas ledakan yang menewaskan enam orang di pedestrian Istanbul yang ramai turis. Polisi menahan seorang perempuan Suriah yang diduga menanam bom.
Baca: Penembakan di Universitas Virginia, 3 Tewas dan 2 Terluka
Polisi Istanbul menyebutkan tersangka pengebom itu bernama Ahlam Albashir, seorang warga negara Suriah, yang ditahan dalam penggerebekan pada Ahad malam di distrik kota Kucukcekmece. Albashir adalah satu dari 47 orang yang ditangkap sejauh ini.
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengatakan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan milisi YPG Kurdi Suriah bertanggung jawab atas ledakan di Istiklal Avenue pada hari Ahad.
Soylu mengatakan perintah itu diberikan di Kobani, sebuah kota di Suriah utara, tempat pasukan Turki melakukan operasi melawan YPG dalam beberapa tahun terakhir.
Ankara menyatakan YPG adalah sayap PKK. Amerika Serikat dituding telah mendukung YPG dalam konflik di Suriah, memicu gesekan antara sekutu NATO.
Dalam rekaman video yang dirilis stasiun televisi negara bagian TRT Haber, Albashir yang mengenakan baju hangat ungu bertulisan “New York” di bagian depan terlihat diborgol dan digiring petugas keluar dari sebuah bangunan.
Menurut polisi Istanbul, Albashir mengatakan selama interogasi bahwa dia dilatih oleh militan Kurdi dan memasuki Turki melalui Afrin, kota di bagian utara Suriah.
Laporan berita televisi sebelumnya menunjukkan gambar seseorang, yang tampaknya seorang perempuan, meninggalkan paket di bawah hamparan bunga di tengah jalan sebelum serangan terjadi.
Seorang pejabat Turki mengatakan polisi tidak mengabaikan sepenuhnya kemungkinan ISIS bertanggung jawab atas serangan itu.
Enam warga Turki, masing-masing dua anggota dari tiga keluarga, tewas dalam serangan itu. Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.
Menteri Kesehatan Fahrettin Koca mengatakan dua dari lima korban terluka yang berada di perawatan intensif dalam kondisi kritis. Mereka termasuk di antara 26 orang terluka yang masih dirawat di rumah sakit, sementara 55 orang telah dipulangkan.
Serangan itu memicu kekhawatiran lebih banyak insiden seperti itu dapat terjadi menjelang pemilihan umum yang ditetapkan pada Juni 2023, yang menurut jajak pendapat menunjukkan Presiden Tayyip Erdogan bisa kalah setelah dua dekade berkuasa.
Sebelumnya, militan Kurdi, kelompok islamis dan sayap kiri, pernah Istanbul. Pengeboman dan serangan lainnya dimulai secara nasional ketika gencatan senjata antara Ankara dan PKK gagal pada pertengahan 2015.
Turki telah melakukan tiga serangan di Suriah utara terhadap YPG dan Erdogan mengatakan tahun ini operasi lain segera dilakukan. PKK telah memimpin pemberontakan melawan negara Turki sejak 1984 dan lebih dari 40 ribu orang tewas dalam bentrokan. Kelompok ini dianggap sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.
Baca: Pengadilan Malaysia Menolak Menyita Barang Mewah Najib Razak
REUTERS