TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan Arab Saudi, Saudi Arabian Airlines atau Saudia menandatangani perjanjian dengan pengembang taksi terbang asal Jerman, Lilium. Menurut Kepala Eksekutif Saudi Ibrahim Koshy, melalui kerja sama itu, Saudia ingin membeli 100 taksi terbang yang akan digunakan untuk jaringan domestik.
Baca: Berselisih Soal Minyak, Pangeran: Arab Saudi dan Amerika Sekutu Solid
Taksi terbang itu akan menjadi layanan premium yang membawa empat hingga enam penumpang. "Ini menunjukkan komitmen Saudi Arabian terhadap keberlanjutan karena kami berbicara tentang pesawat listrik seratus persen. Kami adalah maskapai pertama di wilayah MENA yang memperkenalkan ini," ujarnya.
Sertifikasi oleh regulator Saudi diharapkan selesai pada 2025. Harga belum disepakati karena persyaratan komersial belum diselesaikan, menurut Koshy.
Lilium, bersaing di pasar yang ramai untuk kendaraan listrik Vertical Take-Off and Landing (eVTOL). Bulan lalu perusahaan mengatakan berencana menyiapkan kapasitas untuk membangun sekitar 400 Lilium Jets per tahun. Perusahaan akan memanfaatkan skema yang memberikan dukungan pada penelitian publik.
Mahalnya biaya sertifikasi dan inovasi teknologi seperti baterai baru telah membebani sektor taksi terbang ini. Saham Lilium telah jatuh hampir 73 persen sepanjang tahun ini.
Dalam sebuah wawancara setelah pengumuman tersebut, Koshy mengatakan pada 2022, Saudia akan melihat jaringan komersial operasional. "Kami juga akan melihat infrastruktur yang dibutuhkan," ia menambahkan.
Karena pesawat adalah eVTOL, mereka tidak memerlukan bandara. "Ini lebih seperti pelabuhan dengan stasiun pengisian, penumpang naik, turun, dan itu akan membutuhkan seluruh infrastruktur."
Investor publik dan swasta akan memiliki kesempatan untuk membangun infrastruktur seperti itu, kata Koshy. Ia berbicara pada konferensi investasi unggulan FII di Arab Saudi.
Arab Saudi ingin menerapkan emisi nol karbon pada 2060. Pada Rabu, raksasa minyak Saudi Aramco meluncurkan dana US$ 1,5 miliar untuk mendukung transisi energi global. Para pejabat Saudi mengatakan peralihan dari hidrokarbon bisa memakan waktu puluhan tahun, yang memerlukan investasi lanjutan dalam sumber daya konvensional.
Baca juga: Putra Mahkota Arab Saudi Tak Hadiri KTT Arab di Mesir
REUTERS