TEMPO.CO, Jakarta - Mohammed Lamin Kijera berusia sedikit di atas 2 tahun, sedangkan Musa, lima bulan sebelum menginjak usia dua tahun. Kedua balita itu termasuk di antara 69 anak Gambia yang kematiannya terkait dengan obat batuk sirup terkontaminasi yang diproduksi di India.
Seperti dilansir India Express, Rabu, Mohammed Lamin Kijera mengalami demam ringan pada akhir Juli lalu. Seperti biasa, Alieu Kijera membawa putranya ke pusat kesehatan terdekat di mana dia diberi resep obat sirup dan beberapa obat lain. Namun, pada pukul 5 sore, kondisi Lamin memburuk. Beberapa hari kemudian, pada 4 Agustus, Lamin – 2 tahun 5 bulan—meninggal dunia.
Kematian Lamin menghancurkan kehidupan Kijera. Ia dan puluhan keluarga lain menjadi bagian dari tragedi medis terburuk yang disaksikan di Gambia, sebuah negara kecil di pantai barat Afrika. Lamin termasuk di antara 69 anak-anak yang meninggal di Gambia dengan gagal ginjal akut.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menghubungkan kematian mereka dengan sirup obat batuk yang diproduksi di India. Keempat obat sirup yang diduga menjadi penyebab kematian – Promethazine Oral Resolution, Kofexmalin Child Cough Syrup, Makoff Child Cough Syrup dan Magrip N Chilly Syrup – diproduksi oleh perusahaan farmasi Maiden yang berbasis di Haryana.
Berbicara dari rumahnya di kota Latrikunda, Kijera, seorang perawat yang bekerja di rumah sakit lokal, mengenang saat-saat kematian putranya.
“Setelah kondisi Lamin memburuk, saya membawanya kembali ke pusat kesehatan, di mana mereka memberinya infus. Dia mulai merasa lebih baik dan saya membawanya pulang,” kata Kijera.
Sampai, pada titik tertentu, Lamin berhenti buang air kecil. Kijera membawa Lamin lagi ke pusat kesehatan, tempat dia diminta untuk menjalani pemeriksaan ginjal. Hasil pemeriksaan mengkonfirmasi yang terburuk.
“Para dokter mengatakan ginjal Lamin rusak dan dia membutuhkan dialisis,” kata Kijera. Lamin kemudian dirujuk ke rumah sakit terbesar di negara itu – Rumah Sakit Pendidikan Kecil Edward Francis – di ibu kota Gambia, Banjul.
Baca juga: Dietilen Glikol dan Obat Batuk Maut di Gambia, Bukan Kematian Massal Pertama