TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Moskow siap melanjutkan pasokan gas ke Uni Eropa melalui jalur pipa Nord Stream 2 menuju Jerman di bawah Laut Baltik. Namun tawaran itu segera ditolak mentah-mentah oleh Jerman.
Baca: Putin Terima Undangan Thailand untuk KTT APEC Bulan Depan
Berbicara di forum energi Moskow pada Rabu, 12 Oktober 2022, Putin mengatakan bahwa salah satu dari dua jalur pipa tetap bertekanan meskipun serangkaian putus bulan lalu. Akibat putusnya pipa Nord Stream 2, menyebabkan kebocoran besar di Denmark dan Swedia. Pipa Nord Stream 1 juga pecah oleh ledakan bawah laut yang kuat pada bulan September.
Para pejabat Barat mengaitkan bocornya pipa Nord Stream 1 dan 2 adalah karena sabotase. Belum ada tudingan langnsung, namun penyelidikan oleh Jerman, Denmark dan Swedia terus berlanjut.
Putin mengatakan bahwa jika pemeriksaan membuktikan tautan Nord Stream 2 aman untuk dioperasikan, Rusia siap menggunakan pipa untuk memompa gas ke Eropa dengan menambahkan kapasitasnya mencapai 27 miliar meter kubik (bcm) per tahun. Pipa Nord Stream 2 tidak pernah mengalirkan gas alam ke Eropa karena Jerman mencegah aliran tepat sebelum Rusia melancarkan aksi militer di Ukraina pada 24 Februari.
Putin juga mengulangi tuduhan sebelumnya bahwa Amerika Serikat kemungkinan berada di balik ledakan di jalur pipa Nord Stream. Namun Putin tak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya itu. Dia justru melontarkan gagasan untuk mengalirkan gas ke Eropa melalui Turki.
“Tindakan sabotase Nord Stream 1 dan 2 adalah tindakan terorisme internasional yang bertujuan merusak keamanan energi di seluruh benua dengan memblokir pasokan energi murah,” kata Putin. Dia menuduh bahwa AS ingin memaksa Eropa beralih ke impor gas alam cair yang lebih mahal.
Juru bicara pemerintah Jerman, Christiane Hoffman mengatakan, Rusia tak lagi menjadi pemasok energi yang bisa diandalkan ke Jerman. "Terlepas dari kemungkinan sabotase dari dua jaringan pipa, kami telah melihat bahwa Rusia tidak lagi pemasok energi yang dapat diandalkan, bahkan sebelum kerusakan pada Nord Stream 1, tidak ada lagi aliran gas," kata juru bicara pemerintah Christiane Hoffmann kepada wartawan di Berlin. “Jadi bagi kami, tidak ada alasan untuk percaya bahwa itu akan berubah,” katanya.
Ledakan di jalur pipa Nord Stream telah memperburuk krisis energi akut yang dihadapi oleh 27 negara anggota Uni Eropa menjelang musim dingin. Sebelum ledakan, Rusia telah memangkas pasokan di sepanjang Nord Stream 1.
Moskow menyalahkan masalah teknis terkait dengan sanksi Barat untuk menghentikan pasokan gas. Namun para pemimpin Eropa menuduh Putin sengaja memotong ekspor guna mengikis dukungan negara-negara Barat untuk Ukraina.
Eropa telah meyimpan gas hingga 90 persen untuk menghadapi musim dingin. Namun seretnya suplai gas menyebabkan harga melonjak dan mendongkrak laju inflasi.
Baca: Sergei Lavrov Diperkirakan Gantikan Putin di KTT G20
AL JAZEERA