TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta bantuan negara-negara yang bergabung dalam kelompok G7, dalam menghadapi serangan Rusia. Dalam pertemuan di Brusel yang akan berlangsung hari ini, Rabu 11 Oktober 2022, Zelensky mengharapkan tanggapan positif dari sekutu Barat untuk mempercepat bantuan militer dari G7 dalam menghadapi lebih banyak serangan rudal Rusia.
Baca: Badan Intelijen Inggris Monitor Potensi Penggunaan Senjata Nuklir Rusia
Pada Selasa, Zelensky telah memintna negara-negara G7 untuk memasok pertahanan udara yang lebih banyak kepada Ukraina. Alasannya G7 telah berjanji mendukung Kyiv selama diperlukan.
“Saya mengantisipasi kemajuan dari mitra kami dalam masalah pertahanan anti-pesawat dan anti-rudal dan perjanjian tentang pasokan baru berbagai senjata dan amunisi yang penting bagi kami,” kata Zelensky dalam pidatonya Selasa malam, 11 Oktober 2022.
Militer Ukraina telah merebut kembali wilayah dari pasukan Rusia dalam sebulan terakhir. Namun serangan balik oleh Rusia telah merusak lebih dari 10 kota, termasuk Lviv, Bakhmut, Avdiivka dan Zaporizhzhia. Sirene serangan udara meraung di seluruh negeri.
"Selama 24 jam terakhir, Rusia kembali melakukan serangan rudal massal, lebih dari 30 rudal jelajah, tujuh serangan udara dan 25 kali penembakan," kata angkatan bersenjata Ukraina.
Tensi serangan berkurang pada Selasa dibandingkan hari sebelumnya yang menewaskan 19 orang, melukai lebih dari 100 dan melumpuhkan listrik di seluruh negeri. Serangan ini adalah yang terbesar oleh Moskow sejak dimulainya invasi pada 24 Februari.
Serangan rudal lainnya pada Selasa menewaskan tujuh orang di kota Zaporizhzhia, Ukraina tenggara, menurut seorang ajudan presiden. Akibatnya bagian barat kota Lviv tanpa aliran listrik, menurut pejabat setempat.
Kelompok G7 yang terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Jepang, Inggris, Italia, dan Kanada, berjanji melanjutkan dukungan finansial, kemanusiaan, militer, diplomatik dan hukum selama yang diperlukan ke Ukraina. G7 juga mengutuk serangan membabi buta terhadap penduduk sipil yang tidak bersalah sebagai kejahatan perang.
Baca juga: Perang Ukraina, Sergei Lavrov Ingatkan Lagi Rusia Buka Pintu Dialog
REUTERS