TEMPO.CO, Jakarta - Badan Intelijen Inggris memonitor potensi penggunaan senjata nuklir oleh Rusia dalam invasi ke Ukraina. Direktur agen mata-mata GCHQ atau organisasi intelijen dan keamanan Inggris, Jeremy Fleming, memperingatkan wacana mengenai pemakaian senjata semacam itu sungguh berbahaya.
Menurut Fleming, Rusia saat ini sudah kekurangan amunisi, teman, dan pasukan setelah lebih dari tujuh bulan perang. Presiden Rusia Vladimir Putin sejauh ini masih mantap untuk tidak menggunakan senjata nuklir dalam operasi militernya. Akan tetapi GCHQ akan mencari tanda-tanda kalau hal ini bisa saja berubah.
"Saya berharap kita akan melihat indikator jika mereka mulai turun ke jalan itu. Tapi mari kita perjelas tentang itu, jika mereka (Rusia) mempertimbangkannya, itu akan menjadi bencana seperti yang dibicarakan banyak orang," kata Fleming, tanpa mengatakan apa indikator yang dimaksudnya, dalam wawancara dengan Radio BBC seperti dikutip Reuters, Selasa, 11 Oktober 2022.
Baca juga: Kim Jong Un Awasi Langsung Latihan Nuklir Taktis Korea Utara
Anggota dinas Republik Rakyat Donetsk menembakkan howitzer Giatsint-B ke arah Avdiivka selama konflik Rusia-Ukraina, di luar Donetsk, Ukraina, 7 September 2022. 2A36 adalah howitzer yang digunakan pada era Perang Dingin akhir dari Uni Soviet, yang kini digunakan untuk menghadapi Ukraina. REUTERS/Alexander Ermochenko
Ketegangan di perang Ukraina meningkat setelah Presiden Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial untuk menaklukkan perang Ukraina. Warga Rusia banyak yang protes dan kabur dari tanah airnya karena menolak ikut wajib militer.
Deklarasi pencaplokan empat wilayah Ukraina oleh Rusia pekan lalu memanaskan ketegangan dua negara yang sama-sama bekas Uni Soviet itu. Tak lama setelahnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan pengajuan jalur cepat keanggotaan blok militer Barat, NATO.
Kekhawatiran mengenai penggunaan nuklir muncul, setelah Putin memperingatkan akan menggunakan segala cara untuk melindungi negaranya. Media di Eropa termasuk surat kabar The Times dari Inggris, mewartakan pada pekan lalu Rusia tengah bersiap memakai nuklir di perbatasan Ukraina.
Mengenai situasi terkini di Ukraina, Fleming mengatakan Presiden Putin masih khawatir mengenai dampak eskalasi yang terjadi sehingga rencana penggunaan nuklir masih dihindari. Dalam pidato terpisah yang akan disampaikan pada Selasa, 11 Oktober 2022, Fleming berencana menyampaikan kalau Rusia mulai memahami situasi putus asa Moskow terkait konflik.
"Mereka (warga Rusia) melihat betapa buruknya Putin salah menilai situasi. Mereka melarikan diri dari wajib militer, menyadari bahwa mereka tidak dapat lagi melakukan perjalanan (ke luar negeri). Mereka tahu akses mereka ke teknologi modern dan pengaruh eksternal akan dibatasi secara drastis. Dan mereka merasakan tingkat kerugian manusia yang mengerikan dari perang pilihannya," kata Fleming.
Pertempuran Rusia dan Ukraina meningkat awal pekan ini. Rusia melancarkan serangan udara besar-besaran termasuk ke ibukota Kyiv beberapa hari setelah ledakan besar terjadi di jembatan penghubung Rusia-Krimea.
REUTERS
Baca juga: 3 Fakta Unik Kabupaten Ciamis yang Jarang Diketahui
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.