TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri RI Judha Nugraha mengkonfirmasi tidak ada WNI yang menjadi korban dari demonstrasi besar-besaran di Iran. Gelombang demonstrasi di Iran dipicu kematian Mahsa Amini, perempuan yang tewas usai ditahan polisi moral karena menggunakan pakaian yang kurang patut.
Judha, mencatat, saat ini ada 397 WNI berada di Iran. Mereka tersebar di 14 kota dan sebagian besar adalah mahasiswa. Menurut Judha, mereka sudah diminta untuk tidak ikut aksi protes.
“KBRI Teheran menyampaikan imbauan kepada seluruh masyarakat Indonesia di Iran untuk tetap waspada, berhati-hati, dan tidak ikut serta dalam kegiatan politik di sana,” kata Judha Nugraha saat jumpa pers virtual, Jumat, 7 Oktober 2022.
Wanita membawa bendera dan gambar selama protes atas kematian Mahsa Amini di Iran, di kota Qamishli yang dikuasai Kurdi, timur laut Suriah 26 September 2022. REUTERS/Orhan Qereman
Baca juga: Kenali 11 Mata Uang Negara ASEAN sebelum Berwisata ke Asia Tenggara, Berapa Kurs Rupiahnya?
Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat di seluruh Iran telah berunjuk rasa sebagai bentuk kemarahan atas kematian Amini. Seperti dilansir Reuters, perempuan Kurdi Iran itu meninggal setelah ditahan di Teheran pada 13 September 2022 karena "pakaian yang tidak pantas".
Kematian seorang gadis berusia 17 tahun sejak dimulainya protes telah menjadi titik fokus kemarahan pengunjuk rasa lainnya. Aktivis di Twitter mengatakan Nika Shakarami terbunuh di Teheran saat berdemonstrasi atas kematian Amini.
Media milik pemerintah Iran menyatakan pada Rabu, 5 Oktober 2022, sebuah kasus peradilan telah dibuka atas kematian Shakarami. Para pejabat mengklaim itu tidak ada hubungannya dengan kerusuhan, dan bahwa dia telah jatuh dari atap dan tubuhnya tidak mengandung luka peluru.
Kelompok-kelompok HAM melaporkan, ribuan orang telah ditangkap dan ratusan terluka dalam tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan termasuk Basij, yakni milisi sukarelawan yang berafiliasi dengan Garda Revolusi Iran. Kelompok HAM menyebutkan jumlah korban tewas lebih dari 150 orang.
Judah menambahkan, KBRI Teheran terus memantau dan menjalin komunikasi dengan seluruh WNI di Iran. Mengingat demonstrasi masih berlanjut bukan hanya di Ibu Kota Tehera, tetapi sudah meluas ke provinsi lain di Iran. WNI diminta terus berhati-hati dan segera menghubungi otoritas setempat atau hotline KBRI jika menghadapi keadaan darurat.
Kerusuhan nasional yang dipicu oleh kematiannya telah menjadi tantangan terbesar para pemimpin ulama Iran selama bertahun-tahun. Pengunjuk rasa menuntut pergantian sistem Republik Islam yang didirikan pada 1979.
Baca juga: Rusia Tangkap Kepala PLTN Zaporizhzhia
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.