TEMPO.CO, Jakarta - Polisi dan ahli forensik Ukraina, yang membongkar kuburan massal di wilayah bekas pendudukan Rusia, menemukan sejumlah mayat dengan tali di leher dan tangan terikat.
Pembongkaran kuburan massal di Izium, wilayah yang direbut kembali beberapa hari lalu dari Rusia di timur laut Ukraina, dilakukan pada Jumat, 16 September 2022.
Pejabat Ukraina mengatakan mereka telah menemukan 440 mayat di hutan dekat kota Izium. Mereka mengatakan sebagian besar korban tewas adalah warga sipil, dan temuan itu membuktikan kejahatan perang telah dilakukan oleh Rusia selama menduduki daerah itu berbulan-bulan.
Laki-laki berbaju terusan putih menggali mayat di lokasi di dalam hutan di mana sekitar 200 salib kayu berserakan di antara pepohonan. Sekitar 20 kantong mayat berwarna putih terlihat.
"Rusia meninggalkan kematian di mana-mana dan harus bertanggung jawab," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidato video semalam.
Kuburan di Izium, bekas benteng garis depan Rusia, akan menjadi pemakaman massal terbesar yang ditemukan di Eropa sejak perang Balkan tahun 1990-an. Pasukan Ukraina merebut kembali Izium setelah ribuan tentara Rusia meninggalkan daerah itu, beserta senjata dan amunisi.
Kepala polisi Ukraina Ihor Klymenko mengatakan pada konferensi pers bahwa semua mayat yang ditemukan sejauh ini tampaknya adalah warga sipil, meskipun ada informasi bahwa beberapa tentara mungkin telah dikuburkan di sana juga.
"Selama berbulan-bulan teror yang merajalela, kekerasan, penyiksaan dan pembunuhan massal terjadi di wilayah pendudukan," kata penasihat Zelensky Mykhailo Podolyak mengomentari foto-foto yang menunjukkan lubang berlumpur yang ditempel dengan pita merah-putih di TKP.
Rusia Bantah Bantai Warga
Rusia menyangkal bahwa pasukannya telah melakukan kekejaman. Kepala pemerintahan pro-Rusia yang meninggalkan daerah itu pekan lalu, Vitaly Ganchev, dikutip oleh kantor berita negara Rusia TASS menuduh pasukan Ukraina bertanggung jawab atas pembunuhan dan berusaha menyalahkan Moskow.
"Jelas bagi kami bahwa Ukraina akan mencoba mengulangi skenario Bucha. Sekarang kami dituduh melakukannya di Izium," katanya, membandingkan situasinya dengan kota di utara ibu kota Kyiv di mana ratusan mayat ditemukan setelah pasukan Rusia meninggalkannya pada Maret lalu.
Moskow mengatakan pembunuhan itu dilakukan oleh Ukraina, sebuah tuduhan yang ditolak oleh Kiev dan penyelidik internasional.
Di Kupiansk, sebuah kota persimpangan kereta api timur laut yang sebagian dikuasai oleh pasukan Ukraina untuk memotong jalur pasokan Rusia dan menyebabkan keruntuhan cepat di garis depan, unit-unit kecil pasukan Ukraina mengamankan kota hantu ini.
Sebuah kantor polisi yang sebelumnya diduduki Rusia telah ditinggalkan dengan tergesa-gesa. Bendera Rusia dan potret Presiden Vladimir Putin tergeletak di lantai di tengah pecahan kaca. Catatan telah dibakar. Di balik pintu baja sel penjara ada darah di lantai dan noda di kasur.
Tiga anak babi yang lepas dari kandang yang ditinggalkan sedang mencari makan di jalan kota. Serhiy, seorang pria paruh baya berjaket tipis, termasuk yang bertahan di sana.
"Tidak ada listrik, tidak ada telepon. Kalau ada listrik, setidaknya kami bisa menonton TV. Jika ada telepon, kami bisa menelepon kerabat kami," katanya.
Setelah satu minggu kemenangan pesat di timur laut, para pejabat Ukraina berusaha meredam harapan bahwa mereka dapat terus maju dengan kecepatan itu. Mereka mengatakan pasukan Rusia yang mundur dari wilayah Kharkiv sekarang berencana untuk mempertahankan wilayah di provinsi tetangga Luhansk dan Donetsk.
"Tentu saja sangat menggembirakan melihat angkatan bersenjata Ukraina mampu merebut kembali wilayah dan juga menyerang di belakang garis Rusia," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada radio BBC.
"Pada saat yang sama, kita perlu memahami bahwa ini bukan awal dari akhir perang. Kita perlu bersiap untuk jangka panjang."
Putin Belum Bicara Soal Kemunduran Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin belum berkomentar secara terbuka tentang kemunduran medan perang yang diderita pasukannya bulan ini. Pejabat Ukraina mengatakan 9.000 km persegi telah direbut kembali, seukuran Provinsi Banten.
Ukraina juga telah melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut kembali wilayah di selatan, untuk menjebak ribuan tentara Rusia yang terputus dari pasokan di tepi barat sungai Dnipro, dan merebut kembali Kherson, satu-satunya kota besar Ukraina yang direbut Rusia secara utuh sejak awal perang.
Kantor berita pemerintah Rusia RIA merilis video yang menunjukkan asap mengepul dari gedung pemerintahan Kherson yang diduduki Rusia setelah serangan roket Ukraina.
Kirill Stremousov, wakil kepala wilayah yang diangkat Rusia, mengatakan kepada TV pemerintah Rusia bahwa satu sayap bangunan itu praktis hancur, dan ada yang tewas dan terluka meskipun terlalu dini untuk mengatakan berapa banyak. Pejabat Ukraina tidak segera berkomentar.
Di timur, kepala jaksa dari separatis pro-Rusia di Luhansk tewas oleh ledakan di kantornya, bersama dengan wakilnya, menurut kantor berita Rusia.
Pihak berwenang pro-Rusia mengatakan pasangan suami dan istri yang bekerja untuk mengatur referendum bergabung dengan kota selatan Berdiansk ke Rusia juga tewas semalam.
Rusia juga melaporkan serangan melintasi perbatasan di wilayah Belgorod.
Perang dan sanksi Barat terhadap Rusia telah menyebabkan lonjakan harga energi terutama di Eropa, yang bergantung pada minyak dan gas Rusia. Jerman mengumumkan pada hari Jumat bahwa regulator telah menyita perusahaan minyak Rusia Rosneft di Jerman, termasuk kilang raksasa yang memasok sebagian besar bahan bakar untuk ibu kota Berlin.
Kilang Schwedt bergantung pada minyak yang dipompa dari Rusia melalui pipa "Persahabatan" ke Eropa timur yang dulunya Komunis. Pejabat Jerman mengatakan mereka berharap negara itu tidak akan lagi menerima minyak Rusia.
Reuters