TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Joe Biden meminta orang Amerika lantang menentang rasisme dan ekstremisme, serta meminta Kongres berbuat lebih banyak untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan media sosial karena menyebarkan kebencian.
Pesan melawan rasisme itu dikatakan Biden pada pertemuan puncak "United We Stand" di Gedung Putih, Kamis, 15 September 2022, yang dihadiri pemimpin lintas partai, para ahli dan penyintas.
Biden mengatakan Amerika telah lama mengalami "garis kebencian" terhadap kelompok minoritas dan mendapat angin dari politik dan media dalam beberapa tahun terakhir.
"Sangat penting bahwa kita terus berteriak," katanya. "Sangat penting bagi orang-orang untuk mengetahui bahwa itu bukanlah diri kita."
Acara ini juga merangkul komunitas yang menderita serangan berbasis kebencian, termasuk penembakan massal di klub malam gay di Orlando pada 2016 dan di supermarket Buffalo, New York, awal tahun ini, di mana 10 orang kulit hitam ditembak mati oleh seorang rasis.
Kejahatan kebencian di Amerika Serikat mencapai level tertinggi dalam 12 tahun pada 2020, kata FBI tahun lalu.
Dalam kesempatan itu, Biden memperkenalkan Susan Bro, ibu dari Heather Heyer, yang terbunuh oleh kelompok nasionalis kulit putih Agustus 2017 di Charlottesville, Virginia. "Pembunuhannya bergema di seluruh dunia, tetapi kebencian tidak dimulai atau berakhir di sana," kata Bro.
Para peserta memberi Biden tepuk tangan meriah ketika dia mengatakan dia ingin Kongres "meminta pertanggungjawaban perusahaan media sosial karena menyebarkan kebencian."
"Saya menyerukan Kongres untuk menyingkirkan kekebalan khusus bagi perusahaan media sosial dan memberlakukan persyaratan transparansi yang lebih kuat pada mereka semua," kata Biden.
Acara Gedung Putih itu hanya beberapa minggu setelah Biden memperingatkan dalam pidatonya di Philadelphia bahwa ekstremis Partai Republik adalah ancaman bagi demokrasi.
Biden menanggapi kritik bahwa pidato itu memecah belah pada hari Kamis.
"Diam adalah keterlibatan, kita tidak bisa tinggal diam," kata Biden. "Ada yang mengatakan kita mengungkit ini, kita memecah-belah negara. Mengangkatnya kita membungkamnya."
Biden mengumumkan bantuan $1 miliar dari para dermawan untuk membangun jembatan di antara orang Amerika dari berbagai latar belakang, dan sebuah inisiatif yang didukung oleh yayasan mantan Presiden Barack Obama, George W. Bush, Bill Clinton, dan Gerald Ford.
Beberapa perusahaan teknologi besar juga bergabung. YouTube mengatakan sedang memperluas upayanya untuk memerangi ekstremisme kekerasan dengan menghapus konten yang mengagungkan tindakan kekerasan dengan tujuan menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan jahat, penggalangan dana, atau perekrutan.
Microsoft mengatakan sedang memperluas penggunaan kecerdasan buatan dan mesin untuk mendeteksi ancaman kekerasan yang kredibel, dan menggunakan game untuk membangun empati.
Reuters