TEMPO.CO, Jakarta - Jerman akan memperluas kehadiran militernya di Indo-Pasifik dengan mengirim lebih banyak kapal perang dan bergabung dalam latihan dengan sekutunya untuk menghadapi kebangkitan angkatan bersenjata China.
Jerman bergabung dengan negara-negara Barat lainnya dalam menunjukkan lebih banyak kekuatan di kawasan itu di tengah meningkatnya kekhawatiran atas ambisi teritorial China.
Tahun lalu, Berlin mengirim kapal perang pertamanya selama hampir 20 tahun ke perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan - dengan risiko mengganggu mitra dagang utamanya itu - dan bulan ini Berlin mengirim 13 pesawat militer ke latihan bersama di Australia.
Kepala Pertahanan Jerman, Jenderal Eberhard Zorn, mengatakan kepada Reuters bahwa Bundeswehr berencana mengirim pasukan untuk berpartisipasi dalam latihan di Australia tahun depan, sementara angkatan laut akan mengirim beberapa kapal lagi ke wilayah tersebut pada 2024.
"Inilah cara kami ingin mengkonsolidasikan kehadiran kami di kawasan itu," kata Zorn dalam sebuah wawancara di kementerian pertahanan di Berlin, Rabu, 31 Agustus 2022.
Jerman secara historis lebih tenang dalam kebijakan keamanan daripada sekutunya karena perannya dalam dua perang dunia, sehingga lebih fokus pada perdagangan dalam hubungan internasionalnya.
Beijing selama ini merupakan mitra dagang utama Jerman, namun perkembangan militer China beberapa tahun terakhir memaksa Jerman berubah sikap.
Barat mendesak Jerman untuk menunjukkan lebih banyak kepemimpinan, sesuai dengan kekuatannya sebagai ekonomi terbesar dan negara terpadat di Eropa.
Pada 2020, Berlin menerbitkan strategi Indo-Pasifik baru dengan fokus pada penguatan aliansi dengan demokrasi di kawasan. Kanselir Jerman Olaf Scholz pada bulan Februari menjanjikan kenaikan dramatis dalam pengeluaran militer setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Ketegangan di Indo-Pasifik semakin tinggi saat ini setelah China melakukan latihan militer terbesarnya di sekitar Taiwan pada awal Agustus.
Ditanya apakah Jerman mungkin mengirim kapal perang yang berlayar melalui Selat Taiwan seperti halnya Amerika Serikat, Zorn mengatakan itu adalah masalah sensitif yang diputuskan di tingkat politik tertinggi.
"Kami tidak ingin memprovokasi siapa pun dengan kehadiran kami, melainkan mengirim tanda solidaritas yang kuat dengan sekutu kami," katanya. "Kami mendukung kebebasan navigasi dan menjaga norma-norma internasional."
Zorn mengatakan kekuatan militer China pernah terletak pada jumlah tentaranya; sekarang angkatan bersenjatanya juga diperlengkapi dengan baik secara teknologi. "Kami mengamati penumpukan besar pasukan China," katanya.