TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah media asing mengamati wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang diproyeksikan bakal dilakukan dalam waktu dekat. Pemberitaan media asing itu menyoroti kenaikan harga BBM yang bisa saja naik sampai 40 persen.
Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM jenis Pertalite dan Solar menguat beberapa waktu terakhir. Kenaikan harga ini menjadi salah satu opsi mencegah bocornya subsidi BBM.
Beberapa media dari negara-negara tetangga, seperti Strait Times (Singapura), Bangkok Post (Thailand), hingga Malay Mail (Malaysia) juga memuat ulang artikel di Reuters yang diterbitkan Jumat, 26 Agustus 2022, dengan judul 'Indonesia considering hiking fuel prices as much as 40% -lawmakers'.
Reuters, mengutip ucapan politikus Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, mewartakan Indonesia dapat menaikkan harga bahan bakar bersubsidi sebesar 30 persen hingga 40 persen untuk mengelola tekanan fiskal dari anggaran subsidi yang membengkak. Informasi itu diperoleh dari rapat tertutup DPR dengan Pertamina.
Sebelumnya Wakil Ketua Komisi Energi DPR itu dalam wawancara pada Jumat, 26 Agustus 2022, mengatakan opsi yang kemungkinan diambil Pertamina adalah menaikkan harga bensin beroktan 90 menjadi Rp 10 ribu (US$ 0,68) per liter dari Rp 7.650; bensin beroktan 92 menjadi Rp 16 ribu per liter dari Rp 12.500; dan solar menjadi Rp 7.200 per liter dari Rp 5.150.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (tengah) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kanan) menyampaikan keterangan kepada wartawan terkait nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023 di Jakarta, Selasa, 16 Agustus 2022. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Inflasi Indonesia pada Juli 2022 menembus 4,94 persen, angka itu tertinggi dalam tujuh tahun. Namun angka tersebut jauh di bawah tingkat yang terlihat di negara-negara lebih maju, sebagian besar alasannya karena subsidi bahan bakarnya.
"Jadi yang orang miskin tadi, dari ratusan triliun subsidi itu, dia hanya menikmati sangat kecil," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan mayoritas BBM bersubsidi dinikmati oleh orang kaya, dalam rapat kerja Komite IV DPD dengan Menteri Keuangan, Bappenas, dan Bank Indonesia pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Ia menjabarkan Pertalite, misalnya, dikonsumsi oleh 30 persen orang terkaya dan Solar subsidi digunakan oleh 40 persen orang terkaya. Adapun total anggaran subsidi untuk Pertalite, 86 persen di antaranya dikonsumsi oleh 30 persen orang terkaya.
Sedangkan untuk Solar subsidi, kata Sri Mulyani, dari total anggaran subsidi Rp 143 triliun, orang kaya dan dunia usaha menikmati Rp 127 triliun di antaranya. Artinya, ada 89 persen dari total subsidi solar dipakai oleh orang kaya.
Bendahara negara menyebutkan penjualan BBM subsidi yang salah sasaran adalah konsekuensi yang harus ditanggung dari mekanisme penyaluran subsidi terhadap barang. Sebab, dengan begitu, tidak ada larangan bagi siapapun untuk membeli BBM bersubsidi.
Artinya, orang kaya yang notabene bukan sasaran BBM subsidi masih bisa mengkonsumsinya. Padahal, seharusnya subsidi hanya menyasar masyarakat miskin dan rentan miskin. Sebab, merekalah yang akan sangat terdampak oleh gejolak harga barang bersubsidi.
"Memang kalau subsidi melalui barang, dan barang itu dikonsumsi orang mampu, ya kita mensubsidi orang mampu. Memang ada orang-orang yang tidak mampu dan miskin tetap juga menikmati barang itu, tetapi porsinya kecil," tutur Sri.
Reuters | Francisca Christy Rosana
Baca juga: Stafsus Sri Mulyani Sebut Kenaikan Anggaran Subsidi BBM Sah Sesuai Aturan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.