Energoatom mengatakan sistem keamanan pabrik bekerja secara normal dan pekerjaan sedang dilakukan untuk menyambungkan kembali salah satu blok reaktor ke jaringan listrik.
PLTN memasok lebih dari 20 persen kebutuhan listrik Ukraina sebelum perang. Kerugian yang disebabkan masalah ini akan menambah beban baru pada Pemerintah Ukraina, yang sudah bersiap menghadapi musim dingin serba kekurangan energi.
Energoatom menyalahkan pemutusan jaringan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Insinyur Energoatom sendiri masih mengoperasikan pabrik itu walau sudah diambil alih oleh Rusia.
Terlepas dari insiden tersebut, Energoatom menyebut PLTN masih disuplai secukupnya untuk pendinginan, oleh pembangkit listrik tenaga batu bara terdekat.
Grygoriy Plachkov, mantan kepala badan keselamatan nuklir Ukraina, mengatakan kepada Reuters, PLTN membutuhkan listrik untuk mendinginkan zona reaktor aktif dan bahan bakar bekas, serta untuk memastikan pengoperasian sistem keselamatan.
Jika sambungan listrik itu gagal, generator diesel pembangkit listrik akan menyala dan menyediakan listrik selama mereka memiliki bahan bakar.
Saat ditanya apakah generator akan menghentikan kehancuran reaktor, Plachkov menyatakan, seharusnya mereka dapat (mencegah kehancuran). "Tapi kami memiliki contoh Fukushima, di mana generatornya kebanjiran. Dan sekarang kami memiliki tentara di wilayah PLTN itu. Siapa yang bisa menebak niat mereka?"
Rusia dan Ukraina telah menuduh satu sama lain soal siapa yang menembaki situs tersebut. Ketegangan di sekitar PLTN memicu kekhawatiran internasional akan potensi kecelakaan nuklir. Badan Energi Atom Internasional telah mendorong seruan untuk misi mendesak ke situs tersebut.
Baca juga: Putin Izinkan Pemantau Kunjungi PLTN Zaporizhzhia Ukraina yang Dikuasai Rusia
REUTERS