TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengklaim negaranya sudah tiga kali mengerahkan rudal hipersonik Kinzhal (Belati) selama "operasi militer khusus" di Ukraina.
Rudal Kinzhal adalah bagian dari serangkaian senjata hipersonik baru yang pernah disinggung Presiden Vladimir Putin pada 2018 dalam pidato perang. Saat itu, Putin menyatakan Rusia dapat mengenai hampir semua titik di dunia dan menghindari perisai rudal buatan Amerika Serikat dengan alat tempur itu.
Saat berbicara di televisi pemerintah pada Minggu, 21 Agustus 2022, Shoigu mengatakan rudal Kinzhal tersebut terbukti efektif dalam mencapai target bernilai tinggi pada ketiga kesempatan tersebut. Ia memuji peluru kendali itu karena tidak ada bandingannya dan hampir tidak mungkin untuk dijatuhkan ketika dalam penerbangan.
"Kami telah mengerahkan rudal hipersonik Kinzhal tiga kali selama operasi militer khusus dan tiga kali itu menunjukkan karakteristik yang brilian," kata Shoigu dalam wawancara yang disiarkan di Rossiya 1, seperti dikutip Reuters.
Rudal Kinzhal dibawa jet tempur MiG-31K. Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, rudal hipersonik Kinzhal digunakan untuk menghancurkan tempat penyimpanan senjata di Ukraina. Wikipedia
Rusia pertama kali menggunakan rudal Kinzhal dalam perang Ukraina sekitar sebulan setelah Presiden Putin mengumumkan invasi. Moskow menyerang depot senjata besar di wilayah Ivano-Frankivsk barat Ukraina.
Minggu ini, kementerian pertahanan Rusia mengatakan tiga pesawat tempur MiG-31E yang dilengkapi dengan rudal Kinzhal telah dipindahkan ke wilayah Kaliningrad, eksklave pantai Baltik Rusia yang terletak di antara NATO dan anggota Uni Eropa Polandia dan Lithuania.
Sebelumnya pada Hari Angkatan Laut Rusia akhir bulan lalu, Putin mengumumkan bahwa Angkatan Laut Rusia akan menerima rudal jelajah hipersonik Zirkon tangguh dalam beberapa bulan mendatang. Rudal tersebut dapat melakukan perjalanan dengan kecepatan sembilan kali kecepatan suara, melebihi pertahanan udara.
Rusia menginvasi Ukraina sejak 24 Februari 2022. Moskow mengatakan apa yang dilancarkannya sebagai sebuah operasi militer untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.
Sudah hampir 6 bulan perang berlangsung, Rusia masih menggempur negara tetangganya itu. Negara-negara Barat mengecam Kremlin dengan menjatuhkan sanksi ekonomi dan mengirim bantuan senjata ke Ukraina.
Negara-negara Barat menganggap Rusia melakukan genosida di Ukraina. Moskow berulang kali membantah serangannya menargetkan warga sipil.
REUTERS
Baca juga:Top 3 Dunia: Gotabaya Rajapaksa Minta Kewarganegaraan Amerika
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini