TEMPO.CO, Jakarta - Putri sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Darya Dugina, dilaporkan tewas di dekat Moskow. Menurut media pemerintah, Dugina meninggal setelah mobilnya meledak dalam kobaran api saat dalam perjalanan pulang.
Tidak jelas apakah ayahnya, filsuf Rusia Alexander Dugin yang dikenal sebagai "otak Putin" adalah sasaran serangan seperti dilansir dari The New York Post Ahad 21 Agustus 2022. Dugin adalah seorang ideolog ultra-nasionalis terkemuka yang diyakini dekat dengan presiden Rusia.
Menurut outlet media Rusia 112, pasangan itu akan melakukan perjalanan kembali dari sebuah acara pada Sabtu malam di mobil yang sama sebelum Dugin membuat keputusan untuk bepergian secara terpisah dari putrinya pada menit terakhir.
Seorang teman Darya Dugina mengkonfirmasi kepada kantor berita Rusia TASS bahwa dia terbunuh ketika Toyota Land Cruiser Prado meledak. Mobil itu milik ayahnya.
Rekaman yang belum diverifikasi yang diposting di Telegram tampak menunjukkan Dugin menyaksaikan dengan kaget ketika layanan darurat tiba di tempat kecelakaan kendaraan yang terbakar. Media belum dapat memverifikasi rekaman itu secara independen, sementara belum ada komentar resmi dari otoritas Rusia sejauh ini.
Meskipun tidak memegang posisi resmi di pemerintahan, Dugin adalah sekutu dekat presiden Rusia dan bahkan telah dicap sebagai "Rasputinnya Putin". Putrinya, Darya Dugina, adalah seorang jurnalis dan komentator terkemuka yang mendukung invasi Rusia.
Denis Pushilin, kepala Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri di wilayah Donbas yang diduduki di Ukraina, menyalahkan "teroris rezim Ukraina," atas ledakan itu di sebuah pos Telegram. Saluran Telegram pro-Kremlin lainnya juga menunjuk ke Ukraina.
Awal tahun ini, dia dikenai sanksi oleh otoritas Inggris yang menuduh wanita berusia 30 tahun itu berkontribusi terhadap disinformasi online terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Tulisan ultra-nasionalis Alexander Dugin dikreditkan dengan sangat membentuk pandangan dunia Vladimir Putin dan dia terkait erat dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Filsuf sekutu Putin itu sebelumnya telah menyatakan dukungannya untuk agresi Rusia terhadap Ukraina dan ditempatkan di bawah sanksi AS pada 2015 karena dugaan keterlibatannya dalam pencaplokan Crimea oleh Moskow pada 2014.
Baca juga: Putin Izinkan Pemantau Kunjungi PLTN Zaporizhzhia Ukraina yang Dikuasai Rusia
THE NEW YORK POST