TEMPO.CO, Jakarta - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyangkal kabar walk out Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di pertemuan para Menteri Luar Negeri G20 atau FMM G20 Bali, pada 8 Juli 2022. Zakharova menyebut penyataan Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock soal Lavrov tidak siap berbicara, itu tidak benar.
"Di luar tempat apa? Sungguh omong kosong," kata Zakharova di Telegram, dikutip dari TASS, Minggu, 10 Juli 2022.
Zakharova menjelaskan Lavrov berada di ruang sejak FMM G20 Bali dimulai dan melakukan serangkaian pertemuan bilateral di ruangan berbeda di sana. Dia juga menyebut Lavrov ikut ambil bagian dalam banyak acara G20 lainnya.
Sebelumnya Der Spiegel berdasarkan sumber, mewartakan Lavrov meninggalkan pertemuan di Bali setelah dia berpidato. Dia juga mengabaikan pertanyaan dari Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock.
Baca Juga:
Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell saat dijumpai usai FMM G20 Bali pada Jumat, 8 Juli 2022, mengatakan Lavrov tidak hadir pada sebagian besar sesi siang pertemuan G20 di Bali. Dia meninggalkan ruangan setelah memberikan pandangannya.
Sedangkan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi membenarkan Lavrov memang sempat pergi, namun Lavrov pulang lagi untuk mengikuti forum.
"Lavrov kembali lagi ke tempat pertemuan. Saya melakukan pertemuan bilateral empat mata dengan Lavrov antara sesi 1 dan sesi 2. Di awal sesi dua, Lavrov juga ada. Pas dia mau pulang lebih dulu, Lavrov datang ke meja saya untuk pamit," kata Retno kepada Tempo, Minggu, 10 Juli 2022.
Lavrov yang bersedia diwawancara jurnalis dalam FMM G20 Bali mencela negara-negara Barat karena kritik masif mereka di G20. Lavrov mengatakan forum G20 di Bali terlalu fokus pada perang Ukraina dan Barat menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatasi masalah ekonomi global.
"'Agresor', 'penyerbu', 'penjajah' - kami mendengar banyak hal hari ini," kata Lavrov kepada wartawan.
Perang di Ukraina sudah berlangsung sejak Februari 2022. Invasi Rusia ke Ukraina itu menyebabkan Rusia terkena sanksi ekonomi dari negara-negara Barat. Amerika Serikat, Inggris, dan negara Barat lainnya, mendukung Ukraina melawan Rusia dengan mengirim bantuan senjata.
Rusia dituding sebagai biang kerok masalah energi, pangan, dan ekonomi setelah Ukraina diserang. Moskow menolak tuduhan negara-negara Barat tersebut.
Invasi Rusia ke Ukraina juga telah menyebabkan adanya pergesekan di forum G20. Negara-negara Barat sudah mengusulkan pada Indonesia sebagai presidensi G20 tahun ini agar tidak mengundang Presiden Vladimir Putin ke KTT Bali pada November 2022, setelah invasi Rusia ke Ukraina. Sebagai gantinya, Indonesia diminta mengundang Ukraina.
Baca juga:WNI di Austria Salat Idul Adha di Tengah Lonjakan Covid-19
DANIEL AHMAD | TASS | REUTERS