TEMPO.CO, Jakarta - Mohammad Rasoulof, sutradara film pemenang penghargaan internasional, ditangkap oleh otoritas Iran pada Jumat, lapor media pemerintah negara itu.
Seperti dilansir Deadline Ahad 10 Juli 2022, Rasoulof—pemenang penghargaan Berlin Golden Bear—bersama rekannya Mostafa Aleahmad ditangkap setelah runtuhnya sebuah bangunan yang menewaskan 43 orang di barat daya negara itu pada Mei.
Tragedi itu memicu protes kemarahan dalam solidaritas dengan keluarga korban, dengan demonstran menghadapi gas air mata, tembakan peringatan dan penangkapan.
Rasoulof memimpin sekelompok sutradara Iran dengan menerbitkan sebuah surat terbuka yang menuntut pasukan keamanan "meletakkan senjata mereka" dalam menghadapi "korupsi, pencurian, inefisiensi dan penindasan" yang berkaitan dengan bencana tersebut.
Pasangan itu ditangkap karena "menghasut kerusuhan dan mengganggu keamanan psikologis masyarakat," menurut kantor berita negara IRNA.
Rasoulof memenangkan penghargaan Beruang Emas untuk Film Terbaik di Festival Film Berlin untuk film Tidak Ada Kejahatan pada 2020. Film ini juga memenangkan penghargaan di Cannes dan festival film internasional lainnya.
Dia kembali ke Iran pada 2017, sejak dia dilarang membuat film dan bepergian ke luar perbatasan negara setelah dituduh membuat "propaganda melawan sistem" dengan film-filmnya.
Dua produser Iran Rasoulof, Kaveh Farnam dan Farzad Pak, merilis pernyataan melalui distributor Kino Lorber, mengutuk penangkapan dan menyatakan kedua sutradara itu saat ini ditahan di lokasi yang tidak diketahui.
Selain keduanya, aparat Iran juga menangkap seorang aktivis reformis terkemuka Mostafa Tajzadeh. Mantan wakil menteri dalam negeri yang menjadi aktivis itu ditahan dengan tuduhan "bertindak melawan keamanan nasional dan menyebarkan kebohongan untuk mengganggu opini publik", kantor berita semi-resmi Mehr melaporkan.
Pemerintah garis keras Presiden Ebrahim Raisi telah menghadapi ketidakpuasan publik, dengan melonjaknya harga pangan memicu protes dalam beberapa bulan terakhir. Pembicaraan tidak langsung AS-Iran untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 dan mencabut sanksi telah terhenti.
Tajzadeh, seorang kritikus pemerintah yang blak-blakan, mengatakan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei harus bertanggung jawab jika upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir gagal.
"Di bawah kondisi ekonomi yang menyedihkan saat ini dan ketidakpuasan publik, kegagalan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir memiliki konsekuensi yang merusak, dan tanggung jawabnya terutama terletak pada Pemimpin," tulis Tajzadeh dalam sebuah tweet minggu lalu.
Tidak jelas apakah penangkapan Tajzadeh terkait dengan tweet tersebut. Khamenei memiliki keputusan akhir tentang semua masalah negara dan jarang dikritik. Komentar yang dianggap menghina dia dapat membawa hukuman penjara di bawah hukum Iran.
Tajzadeh dan Rasoulof keduanya menghadapi dakwaan di masa lalu.
Tajzadeh dipenjara antara 2009 dan 2016, sebagian besar karena keterlibatannya dalam kerusuhan setelah pemilihan Iran yang disengketakan pada 2009. Rasoulof menghadapi setidaknya dua hukuman penjara yang tertunda atas pelanggaran mulai dari pembuatan film tanpa izin hingga "kolusi melawan keamanan nasional".
Baca juga: Iran Tangkap Warga Inggris Atas Tuduhan Mata-mata
SUMBER: REUTERS | DEADLINE