TEMPO.CO, Jakarta - Kapal perang Angkatan Laut Inggris menyita senjata Iran, termasuk rudal permukaan ke udara dan mesin untuk rudal jelajah, dari penyelundup di perairan internasional selatan Iran pada awal tahun ini.
Sebuah helikopter dari fregat HMS Montrose melihat speedboat bergerak menjauh dari pantai Iran pada 28 Januari dan 25 Februari dan puluhan paket berisi persenjataan canggih disita, kata Angkatan Laut Kerajaan dalam sebuah pernyataan, Kamis, 7 Juli 2022.
Kementerian Luar Negeri Iran menolak pernyataan itu, dan menuduh Inggris terlibat dalam perang melawan Yaman dengan menjual senjata ke koalisi yang dipimpin Saudi.
"Dengan terus menjual senjata canggih ke koalisi militer yang memproklamirkan diri melawan orang-orang Yaman yang tidak berdaya, Inggris telah menjadi mitra dalam perang dan agresi terhadap Yaman, dan tidak dalam posisi untuk membuat tuduhan tak berdasar seperti itu tentang Republik Islam Iran,” kata juru bicara Kemenlu Iran Nasser Kanaani.
Oleh karena itu, katanya, Inggris “tidak memiliki otoritas moral untuk membuat klaim terhadap Republik Islam Iran.”
Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengatakan, "Paket yang disita dibawa ke Inggris untuk analisis teknis yang mengungkapkan bahwa pengiriman tersebut berisi beberapa mesin roket Iran yang menghasilkan 351 rudal jelajah serangan darat dan 358 rudal permukaan ke udara."
Tidak disebutkan di mana rudal itu akan dikirim, tetapi mengatakan rudal jelajah 351, dengan jangkauan 1.000 km, sering digunakan oleh kelompok Houthi Yaman untuk menyerang Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Kapal perusak Angkatan Laut AS USS Gridley mendukung penyitaan Februari, kata Angkatan Laut Kerajaan. Kedua penyitaan itu terjadi saat HMS Montrose melakukan operasi keamanan maritim rutin.
"Ini menunjukkan bahwa kami tidak akan membiarkan tindakan tidak bertanggung jawab dan agresif oleh Iran tidak terkendali di darat, laut, dan udara," kata juru bicara Komando Pusat AS Kolonel Joseph Buccino dalam sebuah pernyataan.
Riyadh dan Abu Dhabi berperang melawan Houthi yang bersekutu dengan Iran sejak 2015, dalam konflik yang secara luas dilihat sebagai perang proksi antara dua negara Teluk Arab yang didukung Barat melawan Iran.
Reuters