TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Turki pada Minggu, 26 Juni 2022, membubarkan pawai LGBT di Kota Istanbul yang dilarang. Wartawan dan penyelenggara aksi melaporkan, aparat telah menahan lebih dari 200 demonstran dan seorang fotografer AFP.
Kilic, yang dibawa pergi dengan diborgol dari belakang, ditahan di sel polisi. Dia juga ditahan selama pawai Kebanggaan tahun lalu. Menurut wartawan AFP, Polisi mencegah pers merekam penangkapan Istanbul.
Kota terbesar di Turki itu, sebenarnya telah melarang pawai sejak 2015, tetapi kerumunan LGBT tetap berkumpul setiap tahunnya untuk merayakan "Bulan Kebanggan". Penyelenggara menyebut larangan itu melanggar hukum.
“Kami tidak menyerah, kami tidak takut! Kami akan melanjutkan kegiatan kami di tempat yang aman dan online,” kata Komite Pekan Kebanggaan LGBTI Istanbul di Twitter.
Kaos GL, yakni sebuah kelompok LGBT terkemuka, mengatakan sesaat sebelum pawai dimulai pukul 17.00 waktu setempat, bahwa 52 orang telah ditahan. Sedangkan Komite "Pekan Kebanggaan" kemudian mengatakan lebih dari 100 orang telah ditangkap.
Pihak polisi atau kantor gubernur sendiri tidak memberikan kabar soal penangkapan ini.
Foto-foto di media sosial memperlihatkan sejumlah orang digeledah dan dimasukkan ke bus, termasuk satu fotografer berita. Serikat jurnalis DISK Basin-Is mengatakan banyak dari peserta pawai LGBT dipukuli oleh polisi.
Warga setempat memukul-mukul panci dan wajan dari jendela dan balkon mereka untuk menunjukkan dukungan bagi para pengunjuk rasa saat helikopter polisi berputar-putar di atas kepala.
Sedangkan, pagar logam dan barisan petugas anti huru hara menutup jalan-jalan di sekitar Taksim Square dan Istiklal Avenue di distrik Beyoglu, jantung sektor perbelanjaan dan pariwisata kota. Lokasi itu juga jadi titik pertemuan tradisional bagi para pengunjuk rasa.
Layanan metro di sekitar Taksim Square ditutup selama berjam-jam sebelum pawai. Turki sebelumnya adalah salah satu dari sedikit negara mayoritas Muslim yang mengizinkan pawai Pride. Pawai pertama diadakan pada 2003 atau satu tahun setelah partai Presiden Recep Tayyip Erdogan berkuasa.
Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Turki disebut telah mengadopsi pendekatan yang keras terhadap acara-acara publik oleh kelompok-kelompok yang tidak mewakili pandangan agamanya yang konservatif. Sejumlah besar penangkapan dan penggunaan gas air mata dan pelet plastik oleh polisi mengiringi acara Pride.
Demonstrasi tandingan oleh kaum nasionalis dan Islamis, yang mengklaim komunitas LGBT berbahaya bagi nilai-nilai Turki, juga mengancam para pengunjuk rasa.