TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Thailand akan melarang peredaran ganja di sekolah. Menurut Menteri Pendidikan Trinuch Thienthong, dia khawatir dampak negatif ganja terhadap siswa.
Trinuch mengatakan setiap sekolah yang berafiliasi dengan kementerian akan dinyatakan sebagai zona bebas ganja. Kementerian harus memastikan guru dan siswa memahami pro dan kontra mengonsumsi ganja.
Oleh karena itu, diskusi akan diadakan dengan Departemen Kesehatan untuk mendapatkan rincian lebih lanjut tentang tanaman dan potensi efek samping dari penggunaan ganja sebagai bahan makanan serta minuman termasuk kue, roti, dan jus. Trinuch mengutip kasus baru-baru ini tentang seorang pria Thailand yang meninggal karena gagal jantung setelah menelan ganja.
Nantinya, Kantor Komisi Pendidikan Dasar (Obec) akan menginstruksikan kantor-kantor di wilayah layanan pendidikan untuk secara ketat membatasi penggunaan ganja di sekolah. Langkah ini didukung oleh Gubernur Bangkok Chadchart Sittipunt, yang mengatakan sekolah yang berafiliasi dengan Administrasi Metropolitan Bangkok (BMA) bertanggung jawab untuk memastikan siswa dilengkapi dengan pemahaman yang lebih lengkap tentang ganja.
Chadchart bersikeras bahwa dia tidak bermaksud untuk menghambat kebijakan pemerintah. Dia hanya memastikan kesehatan dan keselamatan publik.
Baca Juga:
Dia merujuk pada kasus baru-baru ini empat orang yang dirawat di rumah sakit setelah mengkonsumsi tanaman ganja secara berlebihan. Hasil penyelidikan kasus oleh Departemen Layanan Medis BMA masih tertunda.
Kiattiphum Wongrajit, pejabat di Kementerian Kesehatan Thailand mengatakan akan mempercepat penerbitan langkah-langkah pencegahan untuk mengekang penyalahgunaan obat. Karena Undang-Undang Ganja dan Rami belum disahkan, pemerintah dapat memberlakukan lebih banyak peraturan terkait dengan Kementerian Kesehatan Masyarakat.
Sejak ganja telah dihapus dari daftar narkotika, bagian dari tanaman digunakan untuk pengobatan. Kiattiphum mengatakan ganja dapat digunakan untuk menghasilkan produk yang akan membantu ekonomi pulih dari dampak pandemi. Namun masyarakat harus tetap waspada dalam menggunakan ganja sebagai sarana rekreasi karena potensi berisiko terhadap kesehatan mental.
Setiap ekstrak yang mengandung lebih dari 0,2 persen tetrahydrocannabinol (THC), senyawa psikoaktif tanaman, masih dikategorikan sebagai narkotika ilegal. "Kami telah mengeluarkan pemberitahuan untuk membatasi orang dari merokok, karena dapat mempengaruhi kesehatan mental atau menyebabkan kecelakaan lalu lintas," kata Kiattiphum.
Baca: Remaja Overdosis Ganja, Thailand Batasi Konsumsi Hanya untuk Dewasa
BANGKOK POST