TEMPO.CO, Jakarta - Pangeran Abdulaziz bin Salman yang menjabat sebagai Menteri Energi Arab Saudi menggambarkan hubungan negara kerajaan tersebut dan Rusia. Ia menyebut hubungan Arab Saudi dan Rusia sehangat cuaca di Riyadh.
Pernyataan itu diucapkan Pangeran Abdulaziz bin Salman kepada media pada Kamis, 16 Juni 2022, setelah menghadiri pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri Rusia di St. Petersburg. Pertemuan antara Pangeran Abdulaziz bin Salman dan Wakil PM Rusia Alexander Novak berlangsung selama lebih dari satu jam.
Pangeran Abdulaziz tampil mengejutkan di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg. Kunjungan itu tidak terdaftar dalam jadwal resmi.
Rusia dapat terus bekerja sama dalam perjanjian produksi minyak OPEC+ setelah tahun 2022, menurut Alexander Novak, setelah pertemuan dengan menteri energi Arab Saudi. Rusia dapat terus bekerja sama dengan OPEC+ bahkan setelah kesepakatan saat ini usai pada akhir 2022.
"Semuanya akan tergantung pada situasi pasar, apakah itu akan memerlukan kuota atau tidak, akan jelas pada akhir tahun ini," ujar Novak.
Novak mengatakan pertemuan antara Rusia dan Arab Saudi adalah penting. Para pejabat membahas harga minyak dan perkiraan keseimbangan pasokan.
Ihwal mitra OPEC+ mengeluh tentang kekurangan produksi Rusia, Novak mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan bahwa pasar minyak seimbang, tetapi masih banyak ketidakpastian. "Kami melihat situasi saat ini (di pasar minyak global) seimbang meskipun ada beberapa ketidakpastian," ujarnya.
Pertemuan tingkat tinggi terjadi karena Rusia memproduksi lebih sedikit minyak daripada yang diminta oleh kuota OPEC+ saat ini. Pasokan diturunkan setelah Barat menjatuhkan sanksi akibat invasi militer ke Ukraina. Sanksi membuat beberapa pembeli menolak atau menunda pembelian minyak Rusia.
Produksi minyak mentah Rusia naik menjadi 9,273 juta barel per hari pada Mei dari 9,159 juta barel per hari pada April, dokumen OPEC+ menunjukkan pada Kamis. Novak berjanji untuk menambah lebih banyak lagi produksi bulan depan karena naiknya permintaan dari India dan China. Rusia memproduksi 1,2 juta barel per hari lebih sedikit dibandingkan bulan lalu dari kuota 10,55 juta barel per hari yang diminta.
Baca: Rusia Lirik ke Timur, Tidak Lagi Prioritaskan Eropa
ARAB NEWS