TEMPO.CO, Jakarta - Demo sopir truk Korea Selatan berakhir Rabu, 15 Juni 2022, setelah serikat pekerja dan kementerian transportasi mencapai kesepakatan tentatif Selasa malam. Aksi mogok nasional ini sempat melumpuhkan pelabuhan dan pusat industri.
Kementerian transportasi dan serikat pengemudi truk sepakat pada Selasa malam untuk memperpanjang tarif angkutan minimum sopir truk dan terus membahas perluasan jaminan upah minimum untuk mengangkut kargo tambahan. Kementerian Perhubungan juga akan mengkaji perluasan subsidi BBM.
Saham di beberapa industri yang terkena dampak naik setelah pemogokan delapan hari menunda pengiriman kargo termasuk, mobil, semen dan alkohol, hingga merugikan Korea Selatan lebih dari $1,2 miliar dalam output yang hilang dan pengiriman yang tidak terisi.
"Jadi pemogokan telah dibatalkan sampai tuntutan kami disahkan di parlemen," kata Park Jung-hoon, seorang pejabat di serikat pekerja cabang Busan.
"Dalam dua hingga tiga hari ke depan, 100% pengemudi truk yang tergabung dalam serikat pekerja di pelabuhan Busan diharapkan kembali bekerja setelah mereka beristirahat."
Pemogokan itu menjadi ujian awal pemerintahan baru Presiden Yoon Suk-yeol dan semakin memperpanjang rantai pasokan global yang telah terganggu oleh pembatasan Covid-19 China dan invasi Rusia ke Ukraina.
Woo Sang-ho, pemimpin sementara Partai Demokrat liberal oposisi yang memiliki mayoritas di parlemen, menyambut baik kesepakatan itu tetapi mengatakan masalah jaminan tarif angkutan memerlukan undang-undang dan menyerukan "perbaikan mendasar" untuk mengatasi kondisi yang dihadapi oleh para pengemudi truk.
"Partai yang berkuasa tidak boleh tetap menjadi mediator, tetapi harus mempromosikan secara langsung" sistem tarif angkutan minimum karena secara langsung terkait dengan keselamatan rakyat, sebuah pernyataan bersama dengan serikat pekerja dan komite Partai Demokrat mengatakan pada hari Rabu.
Ada kebingungan tentang apakah pemerintah dan kaum konservatif yang berkuasa di Yoon setuju untuk menjadikan sistem pembayaran minimum sebagai fitur permanen atau hanya memperpanjang tindakan sementara untuk periode tetap lainnya, kata pejabat serikat pekerja Kim Jae-gwang.
Kelompok lobi bisnis Asosiasi Perdagangan Internasional Korea Selatan mengatakan sistem tarif pengiriman minimum "tidak memperhitungkan fungsi pasar", mengurangi produksi dan melemahkan daya saing internasional dengan "memberikan beban sepihak pada pengirim".
Reuters