TEMPO.CO, Jakarta -Kebakaran besar yang melanda depot kontainer di Bangladesh bagian tenggara menyebabkan sedikitnya 16 orang tewas.
Seperti dilansir Reuters, para pejabat mengatakan insiden itu melukai lebih dari 150 orang lainnya pada Ahad 5 Juni 2022. Kebakaran terjadi di fasilitas kontainer pada Sabtu malam di Sitakunda, sebuah daerah yang berjarak 40 kilometer dari kota pelabuhan Chittagong.
Kemunculan api memicu beberapa ledakan kontainer menyusul satu ledakan besar di lokasi tersebut. Petugas pemadam kebakaran hingga kini masih bekerja keras untuk memadamkan api. Penduduk setempat mengatakan, saking dahsyatnya, ledakan itu mengguncang kawasan sekitar depot hingga memecahkan kaca jendela rumah-rumah di dekatnya.
Outlet berita lokal Prothomalo juga menyebut ledakan terasa hingga sejauh 4 kilometer.
Pejabat kesehatan setempat, Dokter Mohammed Elias Hossain mengatakan, jumlah korban tewas bisa bertambah karena beberapa orang yang terluka berada dalam kondisi kritis. “Beberapa petugas pemadam kebakaran dan polisi termasuk di antara korban luka itu,” katanya.
Dua puluh korban luka berada dalam kondisi kritis dengan luka bakar 60 hingga 90 persen dari tubuh mereka, kata seorang dokter di rumah sakit merawat korban luka.
Dia pun mendesak semua dokter yang di daerah itu untuk membantu mengatasi situasi tersebut. Dia juga menyerukan diadakannya donor darah darurat untuk menolong para korban. Penyebab kebakaran di Bangladesh ini masih belum jelas.
Direktur fasilitas, Mujibur Rahman, mengatakan sekitar 600 orang bekerja di depot tersebut.
Kebakaran biasa terjadi di Bangladesh. Tahun lalu, sedikitnya 39 orang tewas setelah sebuah feri terbakar di selatan negara itu. Dan awal tahun yang sama, sedikitnya 52 orang tewas dalam kebakaran pabrik di Rupganj dekat ibu kota, Dhaka.
Tiga pekerja Bangladesh juga tewas pada tahun 2020 setelah sebuah tangki minyak meledak di depot penyimpanan kontainer lain di Patenga, tidak jauh dari Chittagong.
Baca juga: Pabrik Pangan di Bangladesh Terbakar, Puluhan Orang Tewas Terjebak Api
SUMBER: REUTERS