Para pemimpin Arab kecewa karena kekalahan mereka sehingga bertemu pada Agustus untuk membahas masa depan Timur Tengah.
Mereka memutuskan kebijakan tidak ada perdamaian, tidak ada negosiasi, dan tidak ada pengakuan Israel, serta membuat rencana untuk membela dengan penuh semangat hak-hak orang Arab Palestina di wilayah yang diduduki.
Mesir pada akhirnya akan bernegosiasi dan berdamai dengan Israel, dan pada tahun 1982 Semenanjung Sinai dikembalikan ke Mesir dengan imbalan pengakuan diplomatik penuh Israel.
Ratusan Ribu Warga Palestina Mengungsi
Akibat perang itu juga, sekitar 300.000 warga Palestina harus mengungsi dari daerah Tepi Barat ke Yordania. Pengungsian ini nantinya berujung pada Pembantaian Sabra dan Shatila yang menewaskan puluhan ribu warga Palestina di Yordania pada 1982.
Selain harus merelakan wilayahnya, kekalahan Arab juga menelan sekitar 20.000 korban dari Mesir, Suriah, dan Yordania. Sementara itu, di pihak Israel hanya gugur sekitar 800 orang saja.
Presiden Mesir, Gamal Abdel Nasser, mengundurkan diri akibat kekalahan itu. Namun, ia kembali naik jadi presiden setelah rakyat Mesir berdemonstrasi besar-besaran menolak pengunduran diri Gamal Abdel Nasser.
Di sisi lain, rakyat Israel merayakan kemenangan dengan gegap-gempita. Hanya dalam durasi 132 jam saja selama Perang Enam Hari itu, wilayah Israel bertambah menjadi tiga kali lipat. Israel juga diakui sebagai salah satu negara dengan kekuatan tempur paling tangguh di Timur Tengah.
Semenanjung Sinai Dikembalikan, Imbalannya?
Setelah negosiasi panjang, pada 1982, Semenanjung Sinai dikembalikan kepada Mesir. Imbalannya, Mesir harus mengakui penuh secara diplomatik atas berdirinya negara Israel.
Sementara itu, Mesir dan Yordania menyerahkan klaim Jalur Gaza dan Tepi Barat kepada Palestina. Di sisi lain, Dataran Golan hingga kini masih menjadi rebutan antara Israel dan Suriah.
Tak hanya soal peperangan di masa lalunya, Israel kini kembali jadi sorotan setelah negeri Zionis itu dikabarkan akan mencaplok sebanyak 30 persen wilayah Tepi Barat.
Hal ini diumumkan oleh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu saat berbicara pada koran lokal, Makor Rishon. Alhasil, keputusan ini pun mendapat sorotan dari berbagai negara di dunia. Termasuk Indonesia.
IDRIS BOUFAKAR
Baca juga: Delegasi Hamas ke Rusia Minta Dukungan, Sempat Bertemu Ramzan Kadyrov Chechnya