TEMPO.CO, Kairo -
Hari ini 17 Mei pada 1967, Presiden Mesir Abdul Nasser meminta peleburan Pasukan Darurat PBB di Mesir menyusul ketegangan tinggi Israel dan tiga negara tetangganya yakni Mesir, Yordania dan Suriah.
Sebelumnya, hubungan antara Israel dan negara-negara jirannya tidak kunjung membaik selepas Perang Arab-Israel 1948. Pada tahun 1956, Israel menginvasi Semenanjung Sinai, dengan salah satu tujuan untuk membuka kembali Selat Tiran yang ditutup bagi industri pelayaran Israel oleh Mesir, kala itu dikenal Republik Arab Bersatu.
Pada awal bulan Mei, Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasir memaklumkan penutupan selat bagi kapal-kapal Israel, lalu mengerahkan angkatan bersenjata Mesir untuk berjaga-jaga di sepanjang tapal batas Israel.
Ketegangan itu bermuara menjadi Perang 6 hari pada tanggal 5-10 Juni 1967 silam antara 3 negara Arab dan Israel, berebut wilayah di Timur Tengah yang menelan ribuan korban nyawa
Konflik ini dikenang dalam sejarah sebagai pertempuran yang ikonik karena melibatkan negara-negara yang tergabung dalam Koalisi Arab seperti Yordania, Mesir, Suriah, dan Irak.
Israel Menangi Perang 6 Hari
Melihat situasi semakin gawat, PBB memediasi gencatan senjata pada 10 Juni 1967. Sehari setelahnya, kesepakatan damai ditandatangani antara Israel dan tiga negara Arab, yakni Mesir, Yordania, dan Suriah.
Sebenarnya, gencatan senjata sudah diserukan PBB sejak 6 atau 7 Juni 1967, namun diplomat Israel kabarnya meminta bantuan AS agar gencatan senjata ditunda. Tujuannya, agar Israel bisa punya waktu lebih untuk “menyelesaikan pekerjaan".
Kekalahan negara-negara Arab dalam Perang Enam Hari itu menjadikan Israel berhasil merebut Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, Wilayah Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
Dilansir History, dalam enam hari pertempuran, Israel menduduki Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai di Mesir, Dataran Tinggi Golan di Suriah, serta Tepi Barat dan sektor Arab di Yerusalem Timur, keduanya sebelumnya di bawah kekuasaan Yordania. Pada saat gencatan senjata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai berlaku pada 11 Juni, Israel telah menggandakan kekuatannya.
Klaim Israel Atas Kota Tua Yerusalem
Buah kemenangan Israel datang dengan mengklaim Kota Tua Yerusalem dari Yordania. Banyak yang berderai air mata ketika membungkuk dalam doa di Tembok Barat Kuil Kedua.
Dewan Keamanan PBB pun menyerukan penarikan dari semua wilayah yang diduduki, tetapi Israel menolak, secara permanen menganeksasi Yerusalem Timur dan mendirikan administrasi militer di wilayah yang diduduki.
Israel memberi tahu bahwa Gaza, Tepi Barat, Dataran Tinggi Golan, dan Sinai akan dikembalikan dengan imbalan pengakuan Arab akan hak Israel untuk ada dan jaminan terhadap serangan di masa depan.
Berikutnya : Para pemimpin Arab kecewa berat...