TEMPO.CO, Jakarta -Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa, 26 April 2022, seorang pasien Ebola telah meninggal di barat laut Republik Demokratik Kongo. Korban tewas kedua itu muncul tak lama setelah dipastikan ada wabah baru penyakit mematikan itu.
Seperti dilansir Reuters, Institut Penelitian Biomedis Nasional Kongo menjelaskan, pengujian genetik menunjukkan infeksi yang dikonfirmasi pada pekan lalu di Kota Mbandaka, adalah peristiwa limpahan baru.
Badan tersebut menambahkan, penularan berlangsung dari hewan yang terinfeksi dan tidak terkait dengan wabah sebelumnya.
Adapun kematian kedua adalah seorang wanita berusia 25 tahun yang merupakan saudara ipar dari kasus pertama. WHO melalui akun Twitter menyampaikan, korban mulai mengalami gejala 12 hari sebelumnya.
Pasien pertama mulai menunjukkan gejala pada 5 April, tetapi tidak mencari pengobatan selama lebih dari seminggu. Dia meninggal di pusat perawatan Ebola pada 21 April.
WHO menyebut, jeda waktu membuat petugas kesehatan bergegas untuk mengidentifikasi kontak yang mungkin telah terinfeksi.
Setidaknya 145 orang melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi dan kesehatan mereka dipantau secara ketat. Berdasarkan catatan WHO, salah satu kasus pertama adalah petugas kesehatan.
Mbandaka, pusat perdagangan di tepi Sungai Kongo, adalah kota berpenduduk lebih dari satu juta orang. Mayoritas warga tinggal dekat dengan jaringan jalan, air, dan udara ke ibu kota Kinshasa.
Direktur kedaruratan WHO untuk Afrika, Ibrahima Soce Fall, mengatakan ada risiko penyakit itu dapat menyebar ke negara tetangga Republik Afrika Tengah dan Kongo Brazzaville.
"Ini mengkhawatirkan tetapi dengan mempertimbangkan peningkatan kapasitas dan pengalaman di Kongo, kami yakin itu dapat diatasi," kata Fall pada konferensi pers di Jenewa.
Kongo melalui 13 wabah Ebola sebelumnya, termasuk satu pada 2018-2020 di timur yang menewaskan hampir 2.300 orang. Angka korban itu jadi yang tertinggi kedua, yang tercatat dalam sejarah demam berdarah.
Wabah terbaru berakhir pada Desember di timur setelah enam kematian. Mbandaka, ibu kota provinsi Equateur, juga menghadapi dua wabah sebelumnya, yakni pada 2018 dan 2020.
Hutan khatulistiwa negara itu adalah reservoir alami untuk virus Ebola. Virus tersebut pertama kali ditemukan di dekat Sungai Ebola di Kongo utara pada 1976.
Baca juga: Kasus Virus Ebola Ditemukan Lagi di Kongo
Sumber: Reuters