TEMPO.CO, Jakarta -Pejabat Inggris dari kantor 10 Downing Street dan Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran dilaporkan diretas oleh pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menggunakan perangkat lunak Pegasus buatan Israel.
Menurut The New Yorker Selasa 19 April 2022, spyware Israel digunakan untuk menginfeksi perangkat yang terhubung ke jaringan No. 10, termasuk ponsel Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada 7 Juli 2020.
Pusat Keamanan Siber Nasional menguji ponsel Johnson dan beberapa ponsel lain yang digunakan oleh pejabat Downing Street. Namun, lembaga itu tidak dapat menemukan perangkat yang terinfeksi, majalah itu melaporkan.
Kantor Luar Negeri Inggris tidak menyangkal laporan tersebut. Seorang juru bicara hanya mengatakan "Kami tidak secara rutin mengomentari masalah keamanan."
Spyware Pegasus buatan Israel juga diduga telah menginfeksi Kementerian Luar Negeri Inggris setidaknya lima kali antara Juli 2020 dan Juli 2021, menurut para peneliti. Ini terkait dengan operator di UEA, India, Siprus, dan Yordania.
"Ketika kami menemukan kasus No.10, saya sangat terkejut," kata John Scott-Railton, peneliti senior di pengawas internet Universitas Toronto, Citizen Lab, yang telah melacak penggunaan Pegasus.
Adapun Bill Marczak, seorang peneliti lain di Citizen Lab, mengatakan Pegasus kemungkinan dipasang pada ponsel di Nomor 10 dan Kantor Luar Negeri untuk "penghapusan data".
Sebagai tanggapan, juru bicara NSO Group sebagai pengembang Pegasus mengatakan: "Informasi yang diajukan mengenai tuduhan ini, sekali lagi, salah dan tidak dapat dikaitkan dengan produk NSO karena alasan teknologi dan kontrak."
"NSO terus menjadi sasaran sejumlah organisasi advokasi bermotivasi politik, seperti Citizens Labs dan Amnesty, untuk menghasilkan laporan yang tidak akurat dan tidak berdasar berdasarkan informasi yang tidak jelas dan tidak lengkap."
NSO adalah perusahaan Israel yang berspesialisasi dalam pengembangan alat spionase dunia maya. Perusahaan ini didirikan pada 2010. Menyusul tuduhan penggunaan perangkat lunak secara ekstensif oleh rezim despotik, AS memberikan sanksi kepada NSO dengan memasukkannya ke dalam daftar hitam perdagangan pada November lalu.
Perangkat lunak NSO menjadi terkenal pada Juli lalu ketika Citizen Lab mengungkap banyak penyalahgunaan perangkat lunak oleh pemerintah melalui penargetan sekitar 50 ribu ponsel dan perangkat milik jurnalis, aktivis hak asasi manusia, dan kritikus politik di seluruh dunia.
Di antara klien pemerintah yang menggunakan Pegasus adalah negara-negara Teluk Arab, termasuk UEA, Arab Saudi, dan Bahrain. Apple kemudian mengajukan gugatan terhadap NSO dan perusahaan induknya, OSY Technologies, dalam upaya untuk menghentikan perusahaan spyware agar tidak menargetkan perangkat Apple apa pun.
Baca juga: Penguasa Dubai Retas Telepon Mantan Istri dan Pengacaranya dengan Pegasus
SUMBER: THE NEW YORKER