TEMPO.CO, Jakarta - PBB menerima banyak laporan pemerkosaan dan kekerasan di Ukraina oleh tentara Rusia. Seorang pejabat senior PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan pada hari Senin, kelompok hak asasi manusia Ukraina menuduh pasukan Rusia menggunakan pemerkosaan sebagai senjata perang.
Kateryna Cherepakha, presiden La Strada-Ukraina, mengatakan hotline darurat organisasinya telah menerima telepon yang menuduh tentara Rusia melakukan sejumlah kasus pemerkosaan terhadap 12 wanita dan anak perempuan.
"Ini hanya puncak gunung es," katanya kepada Dewan Keamanan PBB melalui video. "Kami tahu dan melihat, kami ingin Anda mendengar suara kami bahwa kekerasan dan pemerkosaan sekarang digunakan sebagai senjata perang oleh penjajah Rusia di Ukraina."
Rusia telah berulang kali membantah menyerang warga sipil sejak invasinya ke Ukraina sejak 24 Februari 2022.
PBB pekan lalu mengatakan bahwa pemantau hak asasi manusia sedang berusaha memverifikasi tuduhan kekerasan seksual oleh pasukan Rusia, termasuk pemerkosaan berkelompok dan pemerkosaan di depan anak-anak. Sebaliknya pasukan Ukraina dan milisi pertahanan sipil juga dituduh telah melakukan kekerasan seksual.
Misi Ukraina di PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas tuduhan terhadap pasukan Ukraina. “Rusia, seperti yang telah kami nyatakan lebih dari sekali, tidak berperang melawan penduduk sipil,” kata wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy kepada Dewan Keamanan pada hari Senin, 11 April 2022. Ia menuduh Ukraina dan sekutunya memiliki niat yang jelas untuk menampilkan tentara Rusia sebagai sadis dan pemerkosa.
Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous, mengatakan bahwa semua tuduhan harus diselidiki secara independen untuk memastikan keadilan dan akuntabilitas. "Kami semakin sering mendengar tentang pemerkosaan dan kekerasan seksual," katanya kepada dewan.
Baik Rusia maupun Ukraina mewajibkan pemuda menjalankan wajib militer. Ukraina dan Rusia juga saling menuduh menggunakan tentara bayaran.
Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa Kantor Kejaksaan Agung Ukraina mendokumentasikan kekerasan seksual oleh tentara Rusia terhadap perempuan Ukraina.
Selain maraknya pemerkosaan, Kyslytsya juga menuduh Rusia telah membawa lebih dari 121.000 anak keluar dari Ukraina selama perang Rusia Ukraina. Sebagian besar anak-anak dipindahkan dari Mariupol dan dibawa ke Donetsk timur untuk kemudian dibawa ke kota Taganrog di Rusia.
Baca: Berkunjung ke Rusia, Kanselir Austria: Putin Perlu Diingatkan 100 Kali
REUTERS | AL JAZEERA