TEMPO.CO, Jakarta -Kanselir Austria Karl Nehammer bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Senin waktu setempat di kediaman resmi presiden di Novo-Ogaryovo, dekat Moskow. Pertemuan diadakan secara tertutup atas permintaan Austria.
Seperti dilansir Aljazeera Selasa 12 April 2022, Nehammer menjadi pemimpin negara Uni Eropa pertama yang bertemu langsung dengan Putin sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
Nehammer mengatakan, pertemuan berlangsung selama 75 menit. Ini merupakan waktu yang relatif singkat menurut standar Putin. Ia menegaskan perjalanannya ke Moskow bukanlah “kunjungan persahabatan” dan bahwa keduanya telah melakukan percakapan “langsung, terbuka dan keras”.
"Saya menyebutkan kejahatan perang serius di Bucha dan lokasi lain, dan menekankan bahwa semua yang bertanggung jawab harus dibawa ke pengadilan," kata Nehammer dalam sebuah pernyataan.
"(Mengingatkan Putin) Sekali saja belum cukup, 10 kali juga tidak akan cukup. Mungkin harus dilakukan 100 kali. Tapi saya kira perlu melakukan segala upaya untuk memastikan ada perdamaian lagi dan warga Ukraina bisa hidup dengan aman," ujar Nehammer.
Austria sebenarnya negara netral dan berusaha mempertahankan hubungan dekat dengan Rusia, dibandingkan dengan negara Uni Eropa lainnya. Namun sikap negara itu berubah sejak Rusia menginvasi Ukraina. Nehammer menegaskan solidaritas negaranya kepada Ukraina dan mengecam agresi Rusia. Austria juga bergabung dengan negara Uni Eropa lain mengusir diplomat Rusia.
Dalam pertemuan itu, Nehammer menyatakan kesiapan presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk melakukan pembicaraan langsung dengan presiden Rusia. Namun, Putin tidak memberikan jawaban apa pun dan mengabaikan tawaran itu, kata seorang pejabat Austria.
Sebaliknya, Putin berbicara tentang negosiasi “jalur Istanbul”, yang sejauh ini gagal menghasilkan kemajuan."Putin tampaknya secara besar-besaran terperangkap dalam 'logika perang' dan bertindak sesuai dengan itu," kata pejabat Austria itu.
Baca juga: Sosok Jenderal Alexander Dvornikov, Komandan Baru Rusia Pilihan Putin
SUMBER: ALJAZEERA